Kamis, 31 Mei 2012

Tingkat Kesehatan Perempuan di Kabupaten Karimun Tahun 2010


*) bagian ke 5 dari publikasi "Profil Perempuan Karimun TA 2012"

(Siddharta Gautama, 563-483 SM)

Tingkat Kesehatan Perempuan
Salah satu isu utama dalam upaya peningkatan kesehatan berbasis gender adalah meningkatkan kesehatan ibu. Sebagaimana tercantum dalam tujuan ke lima dari pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDG’s),  target dari isu tersebut adalah untuk menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga per empat dari standar nasional sebesar 225 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan tersebut diantaranya angka kematian ibu, proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan, serta proporsi wanita 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan atau memakai alat KB.
                Angka kematian ibu (AKI) yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan masih sangat tinggi. Pada tahun 2005, hanya sekitar 77 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis dan pada tahun 2006 diperkirakan meningkat menjadi 82 persen. Sementara itu, berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/ SDKI (2003), AKI mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Kondisi ini jauh lebih buruk bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Women of Our World 2005 yang diterbitkan oleh Population Reference Bureau (2005), AKI di Indonesia mencapai 230 kematian per 100.000 kelahiran hidup, hampir dua kali lipat lebih tinggi dari AKI di Vietnam (130), lima kali lipat lebih tinggi dari AKI di Malaysia (41) dan Thailand (44), bahkan tujuh kali lipat lebih tinggi dari AKI di Singapura (30).
Menurut data tahun 2008 di Indonesia, setiap ibu meninggal setiap jamnya akibat komplikasi kehamilan. Dengan kata lain, lebih dari 9.500 ibu di Indonesia meninggal setiap tahun. Sebagai perbandingan, kematian ibu di Filipina adalah sekitar 1.900, di Thailand sekitar 420, dan di Malaysia hanya sekitar 240 setiap tahunnya. Sebagian besar dari kematian ibu ini sebenarnya dapat dicegah. Kematian ibu lebih tinggi pada populasi dengan karakteristik tinggal di daerah pedesaan atau terpencil, tingkat pendidikan ibu yang rendah, dan tingkat pendapatan yang rendah. Hampir seperempat dari seluruh kelahiran (22.7%) di Indonesia tidak mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan terlatih.
                Perkembangan angka kematian ibu di Kabupaten Karimun selama beberapa tahun terakhir menunjukkan tren yang meningkat. Pada tahun 2007 angka kematian ibu di Kabupaten Karimun baru mencapai 117,59 per 100.000 kelahiran. Angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2008 dan 2009 menjadi 123,02 dan 156,92 per 100.000 kelahiran.  Pada tahun 2010 angka ini kembali meninggkat menjadi 272,21 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan kata lain selama empat tahun tersebut telah terjadi peningkatan sebesar 131,49 persen. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan standar nasional yaitu 150 per 100.000 kelahiran.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat kematian ibu maternal adalah tenaga penolong persalinan. Pemanfaatan pelayanan persalinan dengan tenaga medis profesional sangat penting untuk menjamin persalinan yang aman. Kondisi di Kabupaten Karimun sendiri menunjukkan bahwa selama empat tahun terakhir, rasio penggunaan tenaga kesehatan terlatih dalam persalinan semakin meningkat. Pada tahun 2007, jumlah kelahiran yang mendapatkan pertolongan oleh tenaga kesehatan mencapai 81,43 persen. Jumlah ini sempat mengalami penurunan pada tahun 2008 dan 2009 menjadi 81,43 dan 72,52 persen. Sementara pada tahun 2010 jumlahnya kembali meningkat menjadi 90,24 persen.

Perkembangan Jumlah Balita Yang Dilahirkan Menurut Tenaga Penolong Persalinan di Kabupaten Karimun Tahun 2007-2010 (Persen)
Penolong Persalinan
Tahun
2007
2008
2009
2010
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Dokter
22,19
24,31
19,98
33,59
Bidan
59,01
55,00
51,72
55,87
Tenaga kesehatan lainnya
0,47
2,12
0,81
0,79
Dukun bersalin/keluarga
18,33
18,57
27,48
9,76
Jumlah
100
100
100
100
                                Sumber: BPS Karimun
Selain faktor penolong persalinan, masih rendahnya kesadaran di masyarakat dalam memeriksakan kesehatan sebelum dan sesudah melahirkan. Menurut Departemen Kesehatan, penyebab kematian ibu hamil adalah komplikasi kehamilan itu sendiri. Komplikasi utama yang menyebabkan sekitar 80% kematian ibu hamil yaitu perdarahan saat persalinan, Infeksi (biasanya setelah persalinan), dan tekanan darah tinggi pada kehamilan (pre-eclampsia dan eclampsia).
Tingkat kunjungan K1, K4, dan pemberian zat besi pada ibu hamil di Kabupaten Karimun telah berada pada tingkat yang tinggi masing-masing mencapai 95,21 persen, 90,81 persen, dan 85,05 persen. Namun demikian, jumlah kasus kurang energi kronis yang tercatat mencapai 9,25 persen dari jumlah ibu hamil juga perlu menjadi perhatian. Kasus tingginya AKI Kabupaten Karimun tahun 2010 menunjukkan bahwa meskipun penggunaan tenaga kesehatan non-medis dalam proses persalinan telah mengalami penurunan, namun kasus kematian tetap terjadi terutama pada masa nifas.

Kasus Kematian Ibu Maternal Menurut Kecamatan dan Periode Persalinan di Kabupaten Karimun Tahun 2010
Kecamatan
Puskesmas
Jumlah Lahir Hidup
Jumlah Kematian Ibu Maternal
Kematian
Ibu Hamil
Kematian
Ibu Bersalin
Kematian
Ibu Nifas
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Karimun
Tg. Balai
784
-
-
1
1
Meral
Meral
819
2
1
-
3
Tebing
Tebing
462
-
-
-
-
Buru
Buru
184
-
-
1
1
Kundur
Tg. Batu
663
-
-
1
1
Kundur Utara
Tg.  Berlian
305
-
1
-
1
Kundur Barat
Kundur Barat
298
1
-
-
1
Moro
Moro
383
-
-
1
1
Durai
Durai
143
-
1
1
2
Jumlah
4.041
3
3
5
11
Sumber: Profil Kesehatan Kab. Karimun Tahun 2010
Sebagian besar penyebab kematian ibu sebenarnya dapat diatasi, karena penanganan medis untuk komplikasi-komplikasi utama telah diketahui. Namun, permasalah utama pencegahan terletak pada empat hal, yaitu akses masyarakat ke fasilitas kesehatan yang berkualitas, keterbatasan tenaga kesehatan, terutama di daerah terpencil dan sulit dicapai, rendahnya pengetahuan sebagian masyarakat mengenai pentingnya kesehatan ibu, serta rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil, yang tidak hanya akan memperberat komplikasi kehamilan tapi juga penyebab bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Tingginya AKI tersebut menjadi input bagi pemerintah dalam perencanaan pembangunan selanjutnya, dengan mengupayakan penekanan melalui berbagai program, salah satunya melalui strategi 'making pregnancy safer (MPS)' yaitu penyelamatan ibu hamil agar proses persalinan bisa berjalan dengan sehat dan aman. Strategi tersebut menekankan pada tiga hal, di antaranya, setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal harus mendapat pelayanan pendidikan dan memberikan pelayanan wanita subur untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, serta penanganan komplikasi keguguran.

Fertilitas
                Salah satu upaya untuk meningkatkan status kesehatan berbasis gender adalah melalui penataan terhadap tingkat fertilitas dan kesehatan reproduksi perempuan usia subur (usia 15-49 tahun). Hal ini penting mengingat semakin harmonis relasi gender tersebut maka semakin kuat pengaruhnya terhadap fertilitas. Dalam konteks seksualitas dan reproduksi yang sehat, relasi gender yang harmonis menggambarkan suatu sifat saling membantu, saling memahami, menghargai, dan menghormati antara laki-laki dan perempuan. Salah satu upaya untuk mewujudkan penataan tersebut dikenal sebagai program keluarga berencana (KB).
                Jika ditinjau menurut ukuran fertilitas (paritas) di Kabupaten Karimun, selama tahun 2007-2010 telah terjadi peningkatan terhadap rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh wanita pernah kawin usia produktif (WKUP) di Kabupaten Karimun. Pada tahun 2007 rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup mencapai 2,25 anak per WKUP. Pada tahun 2010, rata-rata tersebut meningkat menjadi 2,34 anak per WKUP. Artinya, telah terjadi peningkatan rasio fertilitas pada WKUP di Kabupaten Karimun yang berimplikasi pada terjadinya kecenderungan peningkatan jumlah anak yang dilahirkan pada masa yang akan datang.
Peningkatan rata-rata jumlah anak lahir hidup tersebut merupakan konsekuensi  dari beberapa hal. Pertama, rata-rata umur perkawinan pertama yang semakin menurun. Pada tahun 2007, rata-rata umur perkawinan pertama penduduk perempuan di Kabupaten Karimun mencapai 21,28 tahun. Pada tahun 2010, rata-rata tersebut telah mengalami peningkatan menjadi 20,96 tahun. Artinya terdapat kecenderungan bagi penduduk perempuan untuk melakukan perkawinan pertama dalam usia yang semakin muda.
                Semakin muda usia seorang wanita saat melakukan perkawinan, maka semakin panjang masa reproduksinya, sehingga semakin besar peluang untuk melahirkan anak.  Umur perkawinan pertama merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap penurunan fertilitas. Menurut Hull dan Singarimbun (Budi Suradji, 1981 : 5) dalam proses penurunan Total Fertilitiy Rate (TFR), 25 persen diantaranya dipengaruhi oleh kenaikan umur kawin di kalangan wanita.
                Faktor kedua, adalah keikutsertaan di dalam program keluarga berencana. Sampai saat ini program KB masih terus dilaksanakan meskipun tidak seketat pada masa awal pelaksanaannya. Hal ini karena tingkat kesadaran masyarakat Indonesia tentang KB sudah cukup tinggi. Dewasa ini pelaksanaan program KB tidak hanya sekedar upaya untuk menekan tingkat kelahiran, tetapi lebih diarahkan kepada pembentukan kualitas keluarga, yaitu keluarga sejahtera (NKKBS).
Target dan Realisasi Peserta KB menurut Kecamatan di Kabupaten Karimun Tahun 2010
Kecamatan
Jumlah PUS
Peserta KB Aktif
% Terhadap
Target
Realisasi
P U S
Target
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)






Moro
3.034
2.272
2.054
67,67
90,40
Durai
1.099
815
840
76,43
103,07
Kundur
6.279
4.992
3.367
53,62
67,45
Kundur Utara
3.398
2.407
2.407
70,83
100
Kundur Barat
2.825
2.059
1.811
64,10
87,96
Karimun
8.938
6.550
5.969
66,78
91,13
Buru
1.655
1.158
1.158
69,96
100
Meral
8.174
5.976
4.881
59,71
81,68
Tebing
4.440
3.083
3.005
67,68
97,50






Jumlah
39.842
29.312
25.492
63,98
86,97












Sumber: Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan KB Kab. Karimun
Berdasarkan data Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, dan KB Kabupaten Karimun pada tahun 2010 jumlah peserta program KB mencapai 25.492 pasangan. Secara kuantitas, jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2007 yang baru mencapai 22.678 pasangan. Namun demikian secara kualitas, perkembangan realisasi jumlah peserta program KB pada tahun 2010 dapat dikatakan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dibuktikan bahwa pada tahun 2010 realisasi jumlah peserta KB terhadap total jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) hanya sebesar 63,98 persen, turun dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai 64,64 persen.
Jika ditinjau menurut wilayah yang lebih kecil, jumlah peserta KB terbanyak berada di Kecamatan Karimun dengan jumlah 5.969 pasangan. Sementara itu, jumlah peserta KB paling sedikit berada di kecamatan Durai dengan jumlah pasangan sebanyak 840. Namun jika ditinjau dari segi kualitas peserta, justru Kecamatan Durai menempati peringkat pertama dengan realisasi peserta KB sebanyak 76,43 persen dibandingkan dengan total jumlah PUS. Sementara itu, pada wilayah kecamatan dengan jumlah penduduk yang padat seperti Kundur maupun Meral kualitas realisasi jumlah peserta KB justru berada pada peringkat terbawah dengan rasio dibawah 60 persen.
Situasi ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari instansi terkait, mengingat jumlah pertumbuhan penduduk di kedua wilayah ini tergolong cepat. Kurangnya kepedulian dan pengetahuan masyarakat membuat penetrasi dari peningkatan jumlah peserta program KB ini menjadi terhambat. Hal ini terlihat dari alasan utama yang dikemukakan mereka yang tidak mengikuti program KB. Dari hasil SUSENAS diketahui bahwa jumlah perempuan yang mengemukakan tidak setuju KB, tidak mengetahui alat/cara, takut akan efek samping KB, dan tidak tahu mengenai program KB mencapai 66,66 persen. Hanya terdapat 33,33 persen perempuan yang memilih alasan fertilitas sebagai penyebab mereka tidak mengikuti program KB.
Jumlah Kunjungan Akseptor KB Menurut Kecamatan dan Metode Yang Digunakan di Kabupaten Karimun Tahun 2010
Kecamatan
Kunjungan
Jumlah
MOP/MOW
IUD
PIL
Kondom
Suntik
Iimplant
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)









Moro
18
85
649
45
1.037
220
-
2.054
Durai
4
18
247
13
466
92
-
840
Kundur
29
146
1.375
24
1.607
186
-
3.367
Kundur Utara
1
33
594
15
1.221
193
-
2.057
Kundur Barat
4
19
1.021
49
560
158
-
1.811
Karimun
68
318
2.517
144
2.604
318
-
5.969
Buru
4
18
578
17
417
77
-
1.111
Meral
93
150
1.834
78
2.414
312
-
4.881
Tebing
101
64
1.471
60
1.112
197
-
3.005


















Jumlah
322
851
10.286
445
11.438
1.753
-
25.095
Sumber: Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, dan KB Kabupaten Karimun             
Bagi mereka yang mengikuti program KB pun, pengetahuan terhadap metode dan cara yang digunakan masih sangat kurang. Hal ini telihat dari minimnya variasi metode KB yang digunakan oleh sebagian besar peserta. Pada tahun 2010, dari 25.095 pasangan peserta KB di Kabupaten Karimun, 11.438 pasangan atau 45,58 persen diantaranya lebih memilih untuk menggunakan KB suntik. Sementara itu 10.286 pasangan atau 40,99 persen memilih untuk menggunakan pil KB. Dengan demikian kedua metode tersebut telah digunakan oleh lebih dari 96 persen peserta KB. Artinya, peserta KB di Kabupaten Karimun cenderung menginginkan metode yang praktis walupun tidak sepenuhnya efektif dalam mencegah kehamilan.

Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan
Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk yaitu dengan melakukan peningkatan ketersediaan fasilitas kesehatan dan mempermudah akses terhadap fasilitas kesehatan. Dengan adanya kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan, diharapkan berbagai keluhan kesehatan yang ada dapat segera ditangani dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan yang serius.
Pada tahun 2010 seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Karimun telah memiliki sarana pusat kesehatan masyarakat, puskesmas pembantu, serta puskesmas keliling yang tersebar secara merata. Bahkan pada wilayah yang sebagian besar terdiri atas pulau seperti Moro dan Durai telah tersedia fasilitas puskesmas keliling yang beroperasi dengan kapal. Ketersediaan balai pengobatan umum yang jumlahnya mencapai Sembilan unit hanya terdapat di tiga kecamatan yaitu, Kundur Barat, Karimun, dan Meral. Sementara untuk fasilitas yang lengkap seperti rumah sakit hanya tersedia di wilayah Pulau Karimun. Ke depan telah direncanakan untuk dapat meningkatkan fasilitas puskesmas di wilayah Kecamatan Kundur menjadi rumah sakit sehingga dapat lebih mempermudah akses masyarakat di wilayah pulau Kundur.
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan dan Jenis Tahun 2010
Kecamatan
Rumah Sakit
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Balai Pengobatan Umum
Darat
Laut
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)







Moro
-
1
8
1
1
-
Durai
-
1
2
1
1
-
Kundur
-
1
5
4
-
-
Kundur Utara
-
1
7
1
-
-
Kundur Barat
-
1
5
1
-
1
Karimun
-
1
2
3
-
2
Buru
-
1
3
1
-
-
Meral
-
1
2
3
-
6
Tebing
2
1
3
3
-
-














Jumlah
2
9
37
18
2
9














Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Karimun
Selain fasilitas kesehatan, hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat jumlahnya harus terus ditingkatkan dan persebarannya semakin diperluas sampai ke tingkat kecamatan maupun desa/kelurahan.
Jumlah Tenaga Kesehatan Pada Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan dan Jenisnya Tahun 2010
Unit Kerja
Dokter
Paramedis
Spesialis
Umum
Gigi
Perawat
Prwt Gigi
Bidan
Dukun Bayi
Anestesi
Sanitasi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)










Moro
-
9
-
23
-
16
15
-
1
Durai
-
5
1
12
-
10
16
-
-
Tanjung Batu
-
12
1
36
-
15
13
-
-
Tanjung Berlian
-
5
1
18
1
19
26
-
1
Sawang
-
9
1
13
-
11
7
-
-
Tanjung Balai
-
9
1
28
1
27
5
-
1
Buru
-
8
1
5
-
13
1
-
-
Meral
-
7
2
18
2
19
7
-
1
Tebing
-
6
1
11
1
19
8
-
1
Din. Kesehatan
-
6
4
6
1
6
-
-
5
RSUD
10
16
4
121
2
20
-
2
2




















Jumlah
10
92
16
288
8
175
98
2
13




















Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun
Pada tahun 2010 jumlah tenaga kesehatan pada unit kerja pemerintah yang tersebar di seluruh Kabupaten Karimun mencapai 702 orang, terdiri atas dokter sebanyak 188 orang dan tenaga paramedis sebanyak 584 orang. Dari komposisi tersebut, sebagian besar bekerja di RSUD Kabupaten Karimun. Walaupun jumlahnya cukup banyak namun perlu menjadi perhatian bahwa jumlah dokter spesialis masih cukup minim, hanya sebanyak 10 orang, yang tentu saja tidak cukup efektif jika ditinjau berdasarkan rasionya dengan jumlah penduduk.
Perbandingan antara pertambahan jumlah tenaga kesehatan dengan pertambahan jumlah penduduk dapat dilihat dari rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk. Secara umum gejala yang selalu terjadi di setiap daerah adalah pertambahan jumlah penduduk lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan jumlah tenaga kesehatan. Dengan demikian, rasio jumlah tenaga kesehatan terhadap penduduk cenderung menurun. Pada tahun 2010, rasio jumlah tenaga kesehatan pemerintah di Kabupaten Karimun terbilang masih minim. Untuk setiap 10.000 penduduk Kabupaten Karimun tersedia satu orang dokter spesialis, empat orang dokter umum, satu orang dokter gigi, empat belas orang perawat, satu orang perawat gigi, dan delapan orang bidan.
Jika ditinjau menurut unit kerja yang lebih kecil, rasio dokter umum, perawat, dan bidan yang terbesar terdapat di Kecamatan Durai. Wilayah yang memiliki rasio dokter umum, perawat, dan bidan paling rendah berada di Kecamatan Meral.  Meskipun perbedaan tersebut terlihat cukup mencolok, namun dapat dikatakan wajar mengingat letak geografis Kecamatan Meral yang berada dalam satu pulau dengan Kecamatan Karimun dan Kecamatan Tebing. Ditambah lagi dengan adanya dukungan RSUD yang letaknya berada diantara perbatasan ketiga kecamatan tersebut, mengakibatkan warga ketiga kecamatan tersebut dapat saling melintas untuk mendapatkan akses tenaga kesehatan.
Rasio Tenaga Kesehatan Terhadap Penduduk Menurut Satuan Kerja Pemerintah dan Jenis Keahlian di Kabupaten Karimun Tahun 2010 (per 10.000 penduduk)
Puskesmas
Jumlah Penduduk
Dokter
Paramedis
Spesialis
Umum
Gigi
Perawat
Perawat Gigi
Bidan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)








Moro
     17.512

5,14
0,00
13,13
0,00
9,14
Durai
       5.821

8,59
1,72
20,62
0,00
17,18
Tanjung Batu
     33.878

3,54
0,30
10,63
0,00
4,43
Tanjung Berlian
     17.066

2,93
0,59
10,55
0,59
11,13
Sawang
     16.146

5,57
0,62
8,05
0,00
6,81
Tanjung Balai
     42.601

2,11
0,23
6,57
0,23
6,34
Buru
       8.967

8,92
1,12
5,58
0,00
14,50
Meral
     44.627

1,57
0,45
4,03
0,45
4,26
Tebing
     25.943

2,31
0,39
4,24
0,39
7,32
RSUD
  212.561
0,47
0,75
0,19
5,69
0,09
0,94
















Kab. Karimun
212.561
0,47
4,33
0,75
13,55
0,38
8,23








Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun