Rabu, 03 Maret 2010

APA KABAR PARIWISATA KARIMUN?

Pariwisata Karimun telah mengalami masa keemasan jauh sebelum berdiri sebagai Kabupaten. Puncaknya terjadi pada dekade 90’an sampai dengan awal tahun 2000. Pernah tercatat pada tahun 2002, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Karimun mencapai 236 ribu orang. Padahal saat itu jumlah penduduk Kabupaten Karimun baru mencapai 190 ribu orang. Tidaklah mengherankan jika pada masa itu pembangunan sarana penunjang pariwisata seperti hotel, restoran, dan tempat hiburan begitu marak. Betapa tidak, salah satu hotel di Tanjung Batu Kundur pada masa jayanya bahkan sampai memiliki 300 kamar. Dan untuk kota kecil seperti Tanjung Balai Karimun, jumlah hotel berbintang yang mencapai empat unit boleh jadi merupakan suatu kemewahan yang akan sulit untuk kita temukan di tempat lain.
Posisi Kabupaten Karimun yang sangat strategis merupakan salah satu pendukung majunya sektor pariwisata saat itu. Dengan letak yang hanya kira-kira satu jam dari Malaysia dan Singapura, maka Karimun menjadi salah satu tempat favorit bagi warga kedua negara itu untuk menghabiskan akhir pekannya. Daya tarik wisata yang berupa perjudian dan pelacuran merupakan salah satu yang paling menarik saat itu. Bahkan Karimun pada masa jayanya pernah disamakan dengan Las Vegas-nya Kepulauan Riau.
Kebijakan pemberantasan dan penutupan usaha-usaha yang mengandung unsur perjudian dan pelacuran tersebut kemudian menjadi titik balik bagi dunia pariwisata Karimun. Hasil Survei Inbound Outbound Tourism (VIOT) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa data jumlah wisatawan tamu asing yang berkunjung ke Kabupaten Karimun terus menurun setiap tahunnya. Bahkan, tahun 2009 boleh dikatakan sebagai titik terendah bagi kunjungan wisatawan tamu asing selama delapan tahun terakhir. Jumlah wisatawan tamu asing yang berkunjung selama periode tahun 2009 tercatat hanya sebesar 101.584 orang. Dibandingkan dengan jumlah wisatawan tamu asing yang berkunjung pada tahun 2008, angka ini mengalami penurunan hampir 25,43 persen.
Anjloknya jumlah wisatawan tamu asing pada tahun 2009 dapat dipahami sebagai dampak dari adanya krisis global yang melanda dunia. Namun sebenarnya tren penurunan jumlah wisatawan tamu asing ini telah berlangsung sejak tahun 2002, dengan rata-rata mencapai 10,98 persen setiap tahunnya. Jika hal ini terus berlangsung setiap tahun, maka dikhawatirkan bahwa pada tahun 2016 jumlah wistawan tamu asing yang berkunjung ke Karimun akan habis.
Kenyataan ini tentunya tidak dapat dibiarkan berlangsung terus-menerus, mengingat bahwa jenis usaha yang dipengaruhi oleh pariwisata seperti perdagangan, hotel, dan restoran memegang peranan yang cukup penting dalam  struktur perekonomian Kabupaten Karimun. Pada tahun 2008, ketiga jenis sektor usaha ini memegang peranan sebesar 26,61 persen dalam menopang perekonomian Kabupaten Karimun. Selain itu, tidak kurang dari 26 persen penduduk Kabupaten Karimun menggantungkan kehidupannya dari sektor ini.
Bukti nyata telah menunjukkan bagaimana penurunan jumlah kunjungan wisatwan tamu asing ke Kabupaten Karimun telah memukul usaha perhotelan. Pada tahun 2009, dua hotel telah menghentikan kegiatan operasionalnya dan diperkirakan akan bertambah dua sampai tiga hotel lagi yang menyusul pada tahun 2010 ini. Kunjungan kapal langsung dari singapura yang biasanya masuk ke Tanjung Batu bahkan telah dihentikan sama sekali.
Ditengah banyaknya jumlah hotel yang tersedia di wilayah Kabupaten Karimun, jumlah tamu yang terus menurun tentu akan menyebabkan pembagian tamu yang menginap semakin sedikit. Padahal persaingan harga yang ditawarkan oleh penginapan dan wisma di Kabupaten Karimun sudah menuju arah yang kurang sehat. Ini dapat dirasakan jika kita membandingkan tarif penginapan dan wisma per malam dengan daerah lain seperti Batam atau Tanjungpinang, rata-rata tarif penginapan dan wisma di Karimun adalah yang paling rendah.
Pada tahun 2008 rata-rata tingkat penghunian kamar pada hotel berbintang dan wisma di Kabupaten Karimun hanya berkisar pada angka 30 persen saja. Sementara itu  rata-rata lama menginap tamu mencapai 2,4 hari. Pada tahun 2009 terdapat rata-rata 8.465 orang tamu asing yang diperebutkan oleh hampir 60 unit hotel dan penginapan  setiap bulannya. Maka sejak beberapa waktu lalu telah banyak hotel dan penginapan yang mengurangi jumlah kamar dan karyawan, itupun kadang tidak terisi tamu sama sekali.
Jumlah tamu yang tidak memadai untuk menutup biaya operasional merupakan alasan utama yang memukul para pengusaha. Keadaan ini kemudian diperparah dengan krisis listrik yang mendera seluruh wilayak Kabupaten Karimun selama beberapa tahun terakhir. Dengan demikian tidak ada pilihan bagi pengusaha kecuali menutup usahanya.
Ditutupnya usaha perjudian dan pelacuran seharusnya tidak menjadi alasan bagi kehancuran pariwisata karimun. Jenis usaha semacam itu memang tidak sepantasnya hidup di wilayah yang menjunjung tinggi moralitas ini. Untuk itu perlu dipikirkan usaha-usaha lainnya untuk dapat menarik wisatawan tamu asing untuk datang ke Karimun. Sebab jika mengharapkan wisatawan domestik sepertinya akan sulit. Posisi Karimun yang berupa kepulauan menuntut wisatawan domestik yang datang untuk sengaja berkunjung. Padahal, untuk sengaja datang ke daerah ini memakan biaya yang tidak sedikit, berbeda misalnya dengan daerah lain di daratan yang bisa dikunjungi sambil melintas.
Faktor promosi merupakan salah satu syarat mutlak dalam upaya menghidupkan sektor pariwisata Karimun. Salah satu upaya yang sempat dilakukan oleh pemerintah daerah setempat dalam bentuk Visit Karimun 2009 kini telah berlalu dan tidak banyak didengar gaungnya. Program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk menarik kunjungan wisatawan yang lebih terfokus kepada penyelenggaraan even-even yang mengangkat budaya lokal merupakan suatu hal yang patut mendapatkan apresiasi. Namun program semacam ini hendaknya juga memperhatikan karakteristik wisatawan yang sebagian besar berasal dari Malaysia dan Singapura, dua negara yang memiliki kultur yang hampir serupa.
Dengan demikian perlu dicari suatu daya tarik tersendiri yang tidak dapat ditemukan di negeri asal mereka. Mungkin pemerintah daerah Kabupaten Karimun dapat belajar kepada Sulawesi Utara. Sebagai daerah yang memiliki potensi lautan yang luas, Sulawesi Utara dinilai cukup berhasil mengembangkan program wisata alam, khususnya wisata bahari. Dan sepertinya, wilayah lautan Karimun masih menyimpan banyak potensi pariwisata yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal.