Minggu, 01 Agustus 2010

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO KABUPATEN KARIMUN 2011

(disusun sebagai materi dalam RKPD Kab. Karimun Tahun 2011)

2.        Analisis Perekonomian Daerah
  • Daya Tahan Daerah (Analisis Shift share)
Shift share digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan ekonomi daerah. Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah (kabupaten) dalam kaitannya dengan peningkatan perekonomian daerah yang lebih tinggi (propinsi). Akan tetapi, berbeda dengan analisis Location Qoutient (LQ) yang tidak dapat menjelaskan faktor penyebab perubahannya, analisis shift share merinci penyebab perubahan atas beberapa variabel.
Komponen shift share terdiri dari National Share (pertambahan nilai tambah bruto regional sektor i sama dengan proporsi pertambahan nilai tambah bruto nasional secara rata-rata); Proportional Share (melihat pengaruh sektor i secara nasional terhadap pertumbuhan nilai tambah bruto sektor i secara region yang dianalisis); dan Differential Shift (menggambarkan penyimpangan antara pertumbuhan sektor i di wilayah analisis terhadap pertumbuhan sektor i secara nasional). Total Perubahan Nilai Tambah Bruto (NTB) Kabupaten Karimun pada periode 2004-2008 sebesar Rp 438,23 milyar yang terdiri atas:

1. National Share : Rp 409,17 milyar (93,37 %)
2. Proportional Share: Rp 62,84 milyar (14,34 %)
3. Differential Shift : Rp -33,78 milyar (-7,71 %)
Tabel 6. Analisis Shift share Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Karimun Tahun 2004-2008 (Milyar Rupiah)
No
Lapangan Usaha
Growth
∆Y
National Share
Differential
Shift (Sd)
Proportional
Share (Sp)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
 Pertanian
147,29
129,70
49,14
(31,54)
2
 Pertambangan Non migas
11,04
21,60
12,65
(23,21)
3
 Industri pengolahan
42,97
50,08
(2,40)
(4,71)
4
 LGA
1,00
1,24
(7,23)
7,00
5
 Bangunan
33,73
25,23
(53,79)
62,29
6
 Perdagangan Hotel, Rest
109,79
106,52
0,19
3,08
7
 Pengang & Kom
56,74
38,78
(14,45)
32,41
8
 Bank Jasa Perantara Keu
14,01
13,68
(3,79)
4,12
9
 Jasa-Jasa
21,65
20,48
(12,22)
13,40
Total
438,23
409,17
(33,78)
62,84
Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa tambahan NTB di Kabupaten Karimun sebesar Rp 409,17 milyar atau 93,37 persen disebabkan oleh pengaruh positif dari pertambahan NTB Regional Provinsi Kepulauan Riau. Pengaruh proportional share sebesar Rp 62,84 milyar atau 14,34 persen, hal ini terjadi karena proporsi pertambahan NTB sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Riau yang rendah, sementara sektor tersebut mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap PDRB Kabupaten Karimun.
Sementara perubahan NTB dari differential shift yang merupakan akibat keunggulan komparatif beberapa sektor di Kabupaten Karimun terhadap Provinsi Kepaulauan Riau sebesar minus Rp 33,78 milyar atau minus 16,22 persen. Nilai minus dihasilkan karena di Kabupaten Karimun hanya memiliki keunggulan komparatif pada sektor Pertanian, sektor pertambangan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor lainnya relatif kurang berkembang jika dibandingkan dengan PDRB Provinsi Kepulauan Riau.

  • Potensi Daerah (Analisis Location Quotient/LQ)
Penentuan komoditas unggulan regional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi era globalisasi. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan fokus pada pengembangan sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan komparatif terhadap daerah lainnya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor ekonomi unggulan adalah metode Location Quotient (LQ).
LQ diformulasikan sebagai perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diamati dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Analisis LQ salah satunya dilakukan untuk menentukan sektor basis atau sektor yang menjadi unggulan suatu daerah. Walaupun pada perkembangannya analisis LQ juga digunakan dengan berbasis pada data tenaga kerja dan pendapatan.
Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi sektor basis antara lain penerapannya sederhana, mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Sedangkan kelemahannya adalah analisis LQ tidak bisa menjawab apa yang menyebabkan sebuah sektor menjadi sektor unggulan. Selain itu, dalam analisis LQ juga diperlukan data pembanding antara dua wilayah pada periode yang sama.
Hasil perhitungan analisis LQ menghasilkan tiga kriketia yaitu LQ > 1 artinya sektor tersebut merupakan sektor basis atau memiliki keunggulan komparatif. Komoditas tersebut tidak saja dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri tapi juga dapat diekspor keluar wilayah. LQ =1 artinya sektor tersebut tergolong non basis, tidak memiliki keungulan komparatif dan komoditas sektor tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri. Sedangkan LQ < 1 merupakan sektor non basis. Hasil perhitungan LQ Kabupaten Karimun selama periode 2006-2008 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Sektor andalan LQ terhadap Provinsi 2006-2008
No
Lapangan Usaha
2006
2007
2008
LQ rata-rata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Pertanian
6,44
(b)
6,53
(b)
7,02
(b)
6,66
(b)
2
Petambangan dan Penggalian
4,88
(b)
4,76
(b)
0,83
(nb)
3,49
(b)
3
Industri Pengolahan
0,21
(nb)
0,21
(nb)
0,23
(nb)
0,22
(nb)
4
Listrik, Gas, dan Air
0,50
(nb)
0,51
(nb)
0,54
(nb)
0,52
(nb)
5
Bangunan
2,16
(b)
1,82
(b)
1,59
(b)
1,86
(b)
6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
1,10
(b)
1,10
(b)
1,15
(b)
1,12
(b)
7
Pengangkutan dan Komunikasi
2,48
(b)
2,42
(b)
2,38
(b)
2,43
(b)
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
0,70
(nb)
0,69
(nb)
0,71
(nb)
0,70
(nb)
9
Jasa-Jasa
2,46
(b)
2,31
(b)
2,26
(b)
2,34
(b)
Sumber: BPS Karimun

Dengan memperhatikan tabel diatas, diketahui bahwa Kabupaten Karimun saat ini memiliki 6 sektor basis. Sektor tersebut yaitu pertanian, pertambangan dan penggalian, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, serta jasa-jasa. Sektor pertanian memiliki kemampuan yang relatif jauh lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di tingkat Propinsi Kepulauan Riau. Salah satu penyebabnya adalah sub sektor perikanan di Karimun memiliki produksi terbesar dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Kepulauan Riau. Nilai LQ 6,66 artinya bahwa proporsi penciptaan nilai tambah di sektor pertanian di Kabupaten Karimun 6,66 kali lebih besar daripada proporsi penciptaan nilai tambah sektor pertanian di Propinsi Kepulauan Riau.
Sementara sektor yang termasuk kedalam sektor non basis selama periode 2006-2008 adalah sektor Industri pengolahan, Listrik Air, dan sektor Keuangan. Meskipun sektor sektor basis merupakan sektor yang paling potensial untuk dikembangkan dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun, sektor non basis harus dikembangkan untuk menjadi sektor basis baru ditunjang dengan adanya sektor basis yang ada.
  • Keunggulan Daerah (Analisis Revealed Comparative Advantage/ RCA)
Setelah mengetahui sektor ekonomi mana yang andal baik dari sisi pertumbuhan (shift share) maupun sumbangan nilai tambah terhadap perekonomian secara umum (LQ), kita juga perlu mengidentifikasi komoditas yang menjadi produk unggulan ekspor Kabupaten Karimun dan komparasinya terhadap Propinsi Kepri. Hal ini sangat penting dalam rangka mengukur daya saing perekonomian Kabupaten Karimun pada tingkat regional. Apalagi saat ini Kabupaten Karimun telah termasuk kedalam salah satu Kawasan Ekonomi Khusus.
Dengan demikian Kabupaten Karimun dituntut untuk dapat bersaing baik pada tingkat regional, maupun global. Informasi mengenai jenis produk lokal yang menjadi komoditas unggulan yang dapat bersaing, dapat diketahui melalui indikator keunggulan. Terdapat perbedaan dalam jenis data yang dipergunakan. Indikator shift share dan LQ menggunakan data PDRB sektoral dengan harga konstan tahun 2000, sementara analisis keunggulan menggunakan data ekspor.
Mengingat nilai ekspor terbesar masih disumbangkan oleh sektor barang daripada sektor jasa, maka basis data yang dipergunakan adalah berdasarkan Harmonized System (HS). Data ini memberikan informasi mengenai nilai barang dan volume ekspor, namun yang dipergunakan pada analisis ini adalah nilai barang. Data untuk analisis keunggulan merupakan data yang tradeable, artinya nilai yang diperoleh merupakan nilai hasil perdagangan yang secara umum dinyatakan dalam mata uang asing (US$). Data ini sekaligus menunjukkan keunggulan karena komoditas yang diperbandingkan telah digunakan secara global.
Metode perhitungan yang digunakan adalah RCA (Revealed Comparative Advantage), dimana metode penghitungan dan analisis hasil yang diperoleh hampir menyerupai LQ. Artinya, jika nilai RCA lebih besar dari 1 maka komoditas tersebut memiliki keunggulan di regional, dan jika kurang dari 1, maka yang berlaku adalah sebaliknya. Keunggulan yang dimiliki ini juga akan berdampak bagi perekonomian mikro karena memberikan sumbangan terhadap cadangan devisa. Saat ini tidak satupun negara yang dapat hidup tanpa adanya perdagangan internasional, dan mempergunakan devisa sebagai alat transaksinya. Dengan demikian maka identifikasi RCA merupakan sesuatu yang perlu diketahui.
Analisis RCA digunakan untuk mengukur tingkat keunggulan komparatif ekspor Kabupaten Karimun terhadap komoditas ekspor Propinsi Kepri. Nilai RCA yang kurang dari satu menunjukkan bahwa suatu komoditas memiliki keunggulan komparatif terhadap ekspor Propinsi Kepri secara keseluruhan. Tabel 8 menunjukkan berbagai komoditas ekspor Kabupaten Karimun yang memiliki keunggulan komparatif terhadap Propinsi Kepri pada tahun 2009.
Tabel 8.  Indeks Keunggulan Komoditas Ekspor Kabupaten Karimun Terhadap Propinsi Kepri Tahun 2009
KODE HS 2 DIGIT
URAIAN
RCA
(1)
(2)
(3)
01
Binatang Hidup
0.03
02
Daging hewan
72.90
03
Ikan dan Udang
15.34
04
Susu, Mentega Telur
29.82
08
Buah-buahan
33.19
11
Hasil penggilingan
30.11
15
Minyak dan lemak hewan/nabati
0.03
19
Olahan dari tepung
17.83
23
Ampas/sisa Industri Makanan
0.23
25
Garam, Belerang, Kapur
71.19
26
Bijih, Kerak dan Abu logam
9.99
27
Bahan bakar mineral
0.00
32
Sari bahan samak & celup
1.10
33
Minyak atsiri, Kosmetik wangi-wangian
0.02
40
Karet dan barang dari karet
0.03
44
Kayu dan barang dari kayu
0.58
48
Kertas/karton
0.64
72
Besi dan baja
0.05
73
Benda-benda dari besi dan Baja
0.02
80
Timah
72.23
84
Mesin-mesin/Pesawat Mekanik
0.06
85
Mesin/peralatan listrik
0.00
86
Lokomotif dan Peralatan Kereta Api
1.48
87
Kendaraan dan bagiannya
0.00
90
Perangkat Optik
0.20
94
Perabot, penerangan rumah
16.57
98
Ekspor barang tertentu
37.38
Sumber: BPS Karimun
Pada tahun 2009, Kabupaten Karimun melakukan ekspor 27 jenis barang ke berbagai negara, diantaranya adalah Singapura, Malaysia,  China, dan Jepang. Kegiatan ekspor tersebut dilakukan melalui dua pelabuhan yaitu Tanjung Balai dan Tanjung Batu. Adapun dari 27 jenis komoditas yang diekspor, hanya 13 jenis komoditas saja yang memiliki keunggulan komparatif. Beberapa diantara komoditas tersebut yang memiliki indeks keunggulan yang sangat tinggi adalah timah dan jenis garam, belerang, kapur dengan komoditas spesifiknya adalah bijih timah dan batu granit yaitu sebesar 72,23 dan 71,19. Nilai ini meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 45,6 dan 45,2. Hal ini menunjukkan bahwa kedua komoditas memiliki keunggulan komparatif yang sangat tinggi terhadap ekspor Propinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan.
Peningkatan keunggulan komparatif juga ditunjukkan oleh komoditas daging hewan dengan komoditas spesifiknya berupa daging babi segar atau dingin selain bangkai dan ham. Nilai Keunggulan komoditas ini meningkat dari 17,44 pada tahun 2008 menjadi 72,90 pada tahun 2009. Hal ini didukung oleh meningkatnya nilai ekspor komoditas tersebut dari 14.432 US$ pada tahun 2008 menjadi 387.424 US$ pada tahun 2009. Peningkatan yang signifikan ini menunjukkan bahwa komoditas tersebut sangat potensial untuk terus dikembangkan dan dijadikan salah satu produk andalan Kabupaten Karimun pada masa mendatang.
Komoditas lain yang juga memiliki indeks keunggulan yang cukup tinggi adalah ikan dan udang, susu mentega dan telur, buah-buahan, hasil penggilingan, olahan dari tepung, perabot/penerangan rumah, serta barang spesifik lainnya. Sementara itu, komoditas lain sebagaimana tercantum dalam tabel yang memiliki nilai diatas satu, juga memiliki keunggulan komparatif namun besarannya kurang signifikan. Di lain pihak, terdapat beberapa komoditas yang kurang memiliki keunggulan komparatif terhadap ekspor Propinsi Kepri secara keseluruhan seperti mesin dan perlatan listrik, benda-benda dari besi dan baja, minyak dan lemak hewan/nabati, dan lain-lain.
Berdasarkan ulasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya:
  1. Keunggulan komparatif barang-barang hasil tambang semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini menjadikan posisi Kabupaten Karimun semakin penting sebagai daerah penghasil barang pertambangan di Propinsi Kepulauan Riau.
  2. Ekspor hasil olahan pertanian semakin menunjukkan keunggulan komparatif terhadap Propinsi Kepulauan Riau. Hal ini menunjukkan bahwa arah pengembangan sektor pertanian, terutama perikanan dan peternakan beserta hasil olahannya telah dikembangkan dengan baik di Kabupaten Karimun.
  3. Untuk komoditas hasil olahan industri besar dan sedang masih belum memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan Propinsi Kepri secara keseluruhan. Hal ini dapat dimaklumi mengingat konsentrasi untuk sektor ini memang berpusat di Kota Batam. Namun tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan sektor ini di Kabupaten Karimun pada masa mendatang, sejalan dengan ditetapkannya Kabupaten Karimun sebagai salah satu Kawasan Ekonomi Khusus. Melalui sektor ini, diharapkan dapat tercipta lapangan kerja sehingga dapat membantu mengatasi masalah pengangguran.

  • Analisis Investasi (ICOR)
ICOR (Incremental Capital Output Ratio) merupakan sebuah koefisien yang digunakan untuk mengetahui berapa kebutuhan investasi guna menghasilkan penambahan output sebanyak 1 unit. Selain itu juga dapat dilihat terjadinya inefisiensi dalam investasi, yaitu bila koefisien ICOR bernilai negatif atau nilai relatif besar. Kondisi investasi yang efisien akan terjadi pada koefisien ICOR yang nilainya relatif kecil.
Dalam konsep ICOR, investasi yang dimaksud adalah total dari pembentukan modal tetap dan stok barang yang terdiri dari gedung, mesin dan perlengkapan, kendaraan, stok bahan baku dan barang modal lainnya. Sedangkan output adalah nilai tambah bruto (NTB) yang merupakan selisih antara nilai produksi dengan biaya –biaya untuk bahan baku dan penolong.
Dalam penggunaan koefisien ICOR diasumsikan bahwa faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan tambahan output seperti penambahan tenaga kerja dan penggunaan teknologi pada mesin mesin produksi dianggap konstan. Secara matematis ICOR dinyatakan sebagai rasio antara penambahan modal (investasi) terhadap tambahan output.
Berdasarkan penelitian LPEM-UI pada tahun 2007, diketahui bahwa ICOR Propinsi Kepulauan Riau sebesar 3,795. Sengan asumsi bahwa ICOR Kabupaten Karimun memiliki perkembangan yang serupa dengan ICOR Propinsi Kepualaun Riau, maka koefisien ICOR yang digunakan pada perhitungan ini sebesar 3,795. Sementara itu pada tingkat nasional rata-rata nilai ICOR adalah sebagai berikut :
Tabel 9. Perkembangan Koefisien ICOR Indonesia 1990-2004
Periode
ICOR Indonesia
(1)
(2)
1990-1995
4,4
1995-2000
4,0
2000-2004
4,4
Nilai Koefisien ICOR Kabupaten Karimun 3,975 tahun 2011 sebesar 3,87 yang berati bahwa untuk menghasilkan tambahan (increment) Rp 1 juta output diperlukan tambahan modal Rp 3,87 juta. Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 2011 sebesar 7,11 persen, maka kebutuhan investasi riil yang diperlukan Kabupaten karimun sebesar 550,40 milyar rupiah.
Tabel 10. Kebutuhan Investasi Kabupaten Karimun 2007-2011 (Milyar Rupiah)
Periode
Kebutuhan Investasi
(1)
(2)
2007-2008
451,47
2008-2009
414,99
2009-2010
494,40
2010-2011
550,40
Sumber: BPS Karimun