Mungkin banyak
dari kita yang tidak mengetahui bahwa pada setiap tanggal 20 Oktober
diperingati sebagai Hari Statistik Dunia. Peringatan tahun ini akan menjadi
yang kedua kalinya setelah pertama kali diperingati pada tahun 2010 yang lalu.
Penetapan tanggal tersebut dilakukan pada persidangan Komisi Statistik PBB ke 41 tahun 2010 atas prakarsa dari seluruh
negara anggota untuk memperkuat kesadaran masyarakat dunia mengenai kegiatan
penting yang dilakukan oleh para statistisi di seluruh dunia setiap harinya.
Karena kegiatan yang mereka lakukan tersebut telah mendukung upaya-upaya yang
bersifat global untuk kemajuan upaya-upaya pembangunan.
Baik disadari maupun tidak, sebenarnya statistik sangat dekat dengan
kehidupan kita sehari-hari. Kebiasaan seorang ibu yang sering membandingkan
harga barang di pasar, atau dengan memperhatikan jam berapa biasanya seorang
pekerja berangkat ke kantornya untuk mengetahui waktu yang tepat supaya dia
tidak terlambat, atau ketika seorang pedagang akan memilih tempat menggelar
jualannya supaya mendapatkan pembeli yang banyak. Bagi banyak peneliti,
statistik merupakan sejata utama mereka dalam melakukan berbagai eksperimen. Itulah
sebabnya mata kuliah statistik selalu diajarkan sebagai kuliah dasar di
perguruan tinggi.
Dalam tatanan yang lebih luas, statistik terasa begitu dekat dengan kita
ketika kegiatan Pemilu dan Pilkada. Statistik telah membantu kita untuk
mengetahui hasil dan pemenang dengan cepat dibandingkan jika kita menunggu
hasil penghitungan resmi. Bagi pemerintah, data statistik merupakan alat utama
dalam mengambil sebuah kebijakan. Tidak terbayang kebijakan apa yang harus
dilakukan oleh pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan misalnya, tanpa
mengetahui berapa sesungguhnya jumlah penduduk miskin itu sendiri. Data
tersebut harus dapat dibandingkan antar waktu serta antar negara, karena tanpa
adanya keterbandingan, kemajuan yang dicapai tidak dapat dinilai secara objektif.
Tugas pengumpulan statistik resmi pemerintah di Indonesia dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik sesuai dengan UU Nomor 16 Tahun 1997. Meskipun masih
memiliki banyak kekurangan dan kerap mendapatkan kritik, namun untuk saat ini
data BPS merupakan rujukan utama bagi pemerintah, lembaga internasional, serta
akademisi. Untuk itu BPS senantiasa berusaha terus meningkatkan kualitas data
yang dihasilkan ditengah banyaknya kendala yang menghadang. Ketika banyak pihak
menuding data kemiskinan yang menurun adalah suatu kebohongan, mungkin sebagian
besar diantara mereka kurang memahami bagaimana sulitnya menyajikan data
kemiskinan dalam skala nasional.
Survei Sosial Ekonomi Nasional dimulai dari pelatihan petugas yang makan
waktu berhari-hari. Kemudian petugas di Seluruh Indonesia mendatangi rumah tangga
yang terkena sampel satu demi satu. Di wilayah Papua untuk mendatangi responden
tersebut seringkali petugas harus mencarter pesawat terbang, lalu menginap di
rumah-rumah penduduk di pedalaman. Di wilayah
Kepulauan Riau, mendatangi responden di wilayah pulau-pulau terpencil
petugas harus menaiki kapal kayu dengan fasilitas yang minim. Atau di wilayah
Kalimantan, petugas harus keluar masuk hutan untuk mendatangi komunitas
terasing. Semua beresiko tinggi, dan semua wajib untuk didata. Bagus kalau
responden berada di tempat, karena kadangkala petugas harus kembali
berkali-kali karena responden tidak dapat ditemui.
Juga jangan bayangkan tugas mereka yang mendata di perkotaan menjadi
lebih mudah. Dikejar oleh anjing penjaga rumah, atau harus mendatangi rumah
tangga pada malam hari karena responden terlalu sibuk bekerja juga berpengaruh
terhadap kualitas data. Dan yang paling sering terjadi adalah, responden yang
ditemui tidak jujur dalam menjawab pertanyaan petugas BPS. Rasa malu, takut
dimintai uang atau jika datanya disalahgunakan kerap menjadi alasan. Padahal kerahasiaan
data responden BPS dijamin oleh Undang-Undang, tidak dipungut biaya, serta
tidak ada hubungannya dengan pajak. Berbeda dengan sensus atau survei yang
dilakukan oleh instansi pemerintah lainnya seperti Sensus Pajak Nasional,
responden wajib memberikan jawaban pada setiap kegiatan statistik BPS.
Membangun data itu memang mahal, tapi membangun tanpa data akan jauh
lebih mahal. Maka upaya menghasilkan data BPS yang berkualitas perlu dimulai
dengan peningkatan kesadaran responden mengenai peranan statistik itu sendiri.
Jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan data yang akurat jika kita tidak
membantu petugas BPS dengan memberikan jawaban yang jujur dan apa adanya. Jika
data yang dihasilkan tidak akurat, jangan juga menyalahkan pemerintah atas
kebijakan yang mungkin diambil berdasarkan data tersebut. Akhirnya semua
terpulang kepada diri kita masing-masing. Semoga data statistik di Indonesia
dapat berperan dalam mencerdaskan bangsa. Selamat Hari Statistik Sedunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bermanfaat? mohon tinggalkan jejak..