*) bagian ke 5 dari publikasi "Profil Perempuan Karimun TA 2012"
(Siddharta Gautama, 563-483 SM)
Tingkat Kesehatan Perempuan
Salah satu isu utama dalam upaya peningkatan kesehatan berbasis gender
adalah meningkatkan kesehatan ibu. Sebagaimana tercantum dalam tujuan ke lima
dari pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDG’s), target dari isu tersebut adalah untuk
menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga per empat dari standar nasional sebesar
225 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Terdapat beberapa indikator
yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan tersebut diantaranya angka kematian ibu, proporsi kelahiran yang ditolong oleh
tenaga kesehatan, serta proporsi wanita 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang
menggunakan atau memakai alat KB.
Angka
kematian ibu (AKI) yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan masih sangat
tinggi. Pada tahun 2005, hanya sekitar 77 persen persalinan ditolong oleh
tenaga medis dan pada tahun 2006 diperkirakan meningkat menjadi 82 persen.
Sementara itu, berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/ SDKI
(2003), AKI mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Kondisi ini jauh lebih
buruk bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Women of Our World 2005 yang diterbitkan
oleh Population Reference Bureau (2005), AKI di Indonesia mencapai 230 kematian
per 100.000 kelahiran hidup, hampir dua kali lipat lebih tinggi dari AKI di
Vietnam (130), lima kali lipat lebih tinggi dari AKI di Malaysia (41) dan
Thailand (44), bahkan tujuh kali lipat lebih tinggi dari AKI di Singapura (30).
Menurut data
tahun 2008 di Indonesia, setiap ibu meninggal setiap jamnya akibat komplikasi
kehamilan. Dengan kata lain, lebih dari 9.500 ibu di Indonesia meninggal setiap
tahun. Sebagai perbandingan, kematian ibu di Filipina adalah sekitar 1.900, di
Thailand sekitar 420, dan di Malaysia hanya sekitar 240 setiap tahunnya.
Sebagian besar dari kematian ibu ini sebenarnya dapat dicegah. Kematian ibu
lebih tinggi pada populasi dengan karakteristik tinggal di daerah pedesaan atau
terpencil, tingkat pendidikan ibu yang rendah, dan tingkat pendapatan yang
rendah. Hampir seperempat dari seluruh kelahiran (22.7%) di Indonesia tidak
mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan terlatih.
Perkembangan angka kematian ibu
di Kabupaten Karimun selama beberapa tahun terakhir menunjukkan tren yang meningkat.
Pada tahun 2007 angka kematian ibu di Kabupaten Karimun baru mencapai 117,59
per 100.000 kelahiran. Angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2008 dan 2009
menjadi 123,02 dan 156,92 per 100.000 kelahiran. Pada tahun 2010 angka ini kembali meninggkat
menjadi 272,21 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan kata lain selama empat tahun
tersebut telah terjadi peningkatan sebesar 131,49 persen. Angka ini lebih
tinggi jika dibandingkan standar nasional yaitu 150 per 100.000 kelahiran.
Salah satu faktor penting yang
mempengaruhi tingkat kematian ibu maternal adalah tenaga penolong persalinan. Pemanfaatan pelayanan persalinan dengan tenaga medis
profesional sangat penting untuk menjamin persalinan yang aman. Kondisi di Kabupaten Karimun
sendiri menunjukkan bahwa selama empat tahun terakhir, rasio penggunaan tenaga
kesehatan terlatih dalam persalinan semakin meningkat. Pada tahun 2007, jumlah
kelahiran yang mendapatkan pertolongan oleh tenaga kesehatan mencapai 81,43
persen. Jumlah ini sempat mengalami penurunan pada tahun 2008 dan 2009 menjadi
81,43 dan 72,52 persen. Sementara pada tahun 2010 jumlahnya kembali meningkat
menjadi 90,24 persen.
Perkembangan Jumlah Balita Yang Dilahirkan Menurut Tenaga Penolong
Persalinan di Kabupaten Karimun Tahun 2007-2010 (Persen)
Penolong Persalinan
|
Tahun
|
|||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
Dokter
|
22,19
|
24,31
|
19,98
|
33,59
|
Bidan
|
59,01
|
55,00
|
51,72
|
55,87
|
Tenaga kesehatan lainnya
|
0,47
|
2,12
|
0,81
|
0,79
|
Dukun bersalin/keluarga
|
18,33
|
18,57
|
27,48
|
9,76
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Sumber:
BPS Karimun
Selain faktor penolong
persalinan, masih rendahnya kesadaran di masyarakat dalam memeriksakan
kesehatan sebelum dan sesudah melahirkan. Menurut Departemen Kesehatan, penyebab kematian ibu hamil
adalah komplikasi kehamilan itu sendiri. Komplikasi utama yang menyebabkan
sekitar 80% kematian ibu hamil yaitu perdarahan saat persalinan, Infeksi
(biasanya setelah persalinan), dan tekanan darah tinggi pada kehamilan
(pre-eclampsia dan eclampsia).
Tingkat kunjungan K1, K4, dan
pemberian zat besi pada ibu hamil di Kabupaten Karimun telah berada pada
tingkat yang tinggi masing-masing mencapai 95,21 persen, 90,81 persen, dan
85,05 persen. Namun demikian, jumlah kasus kurang energi kronis yang tercatat
mencapai 9,25 persen dari jumlah ibu hamil juga perlu menjadi perhatian. Kasus
tingginya AKI Kabupaten Karimun tahun 2010 menunjukkan bahwa meskipun
penggunaan tenaga kesehatan non-medis dalam proses persalinan telah mengalami
penurunan, namun kasus kematian tetap terjadi terutama pada masa nifas.
Kasus Kematian Ibu Maternal Menurut Kecamatan dan Periode
Persalinan di Kabupaten Karimun Tahun 2010
Kecamatan
|
Puskesmas
|
Jumlah Lahir Hidup
|
Jumlah Kematian Ibu Maternal
|
|||
Kematian
Ibu Hamil
|
Kematian
Ibu Bersalin
|
Kematian
Ibu Nifas
|
Jumlah
|
|||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
Karimun
|
Tg. Balai
|
784
|
-
|
-
|
1
|
1
|
Meral
|
Meral
|
819
|
2
|
1
|
-
|
3
|
Tebing
|
Tebing
|
462
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Buru
|
Buru
|
184
|
-
|
-
|
1
|
1
|
Kundur
|
Tg. Batu
|
663
|
-
|
-
|
1
|
1
|
Kundur Utara
|
Tg. Berlian
|
305
|
-
|
1
|
-
|
1
|
Kundur Barat
|
Kundur Barat
|
298
|
1
|
-
|
-
|
1
|
Moro
|
Moro
|
383
|
-
|
-
|
1
|
1
|
Durai
|
Durai
|
143
|
-
|
1
|
1
|
2
|
Jumlah
|
4.041
|
3
|
3
|
5
|
11
|
Sumber: Profil Kesehatan Kab. Karimun Tahun 2010
Sebagian besar penyebab kematian ibu sebenarnya dapat
diatasi, karena penanganan medis untuk komplikasi-komplikasi utama telah
diketahui. Namun, permasalah utama pencegahan terletak pada empat hal, yaitu akses masyarakat ke fasilitas kesehatan yang
berkualitas,
keterbatasan tenaga kesehatan, terutama di daerah terpencil dan sulit dicapai,
rendahnya pengetahuan sebagian masyarakat mengenai pentingnya kesehatan ibu,
serta rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil, yang tidak hanya akan
memperberat komplikasi kehamilan tapi juga penyebab bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR).
Tingginya AKI tersebut
menjadi input bagi pemerintah dalam perencanaan pembangunan selanjutnya, dengan
mengupayakan penekanan melalui berbagai program, salah satunya melalui strategi
'making pregnancy safer (MPS)' yaitu
penyelamatan ibu hamil agar proses persalinan bisa berjalan dengan sehat dan
aman. Strategi tersebut menekankan pada tiga hal, di
antaranya, setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
setiap komplikasi obstetri dan neonatal harus mendapat pelayanan pendidikan dan
memberikan pelayanan wanita subur untuk mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, serta penanganan komplikasi keguguran.
Fertilitas
Salah satu upaya untuk meningkatkan status kesehatan berbasis
gender adalah melalui penataan terhadap tingkat fertilitas dan kesehatan
reproduksi perempuan usia subur (usia 15-49 tahun). Hal ini penting mengingat semakin
harmonis relasi gender tersebut maka semakin kuat pengaruhnya terhadap
fertilitas. Dalam konteks seksualitas dan reproduksi yang sehat, relasi gender
yang harmonis menggambarkan suatu sifat saling membantu, saling memahami,
menghargai, dan menghormati antara laki-laki dan perempuan. Salah satu upaya
untuk mewujudkan penataan tersebut dikenal sebagai program keluarga berencana
(KB).
Jika
ditinjau menurut ukuran fertilitas (paritas) di Kabupaten Karimun, selama tahun
2007-2010 telah terjadi peningkatan terhadap rata-rata jumlah anak yang dilahirkan
hidup oleh wanita pernah kawin usia produktif (WKUP) di Kabupaten Karimun. Pada
tahun 2007 rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup mencapai 2,25 anak per
WKUP. Pada tahun 2010, rata-rata tersebut meningkat menjadi 2,34 anak per WKUP.
Artinya, telah terjadi peningkatan rasio fertilitas pada WKUP di Kabupaten
Karimun yang berimplikasi pada terjadinya kecenderungan peningkatan jumlah anak
yang dilahirkan pada masa yang akan datang.
Peningkatan rata-rata jumlah anak lahir hidup tersebut
merupakan konsekuensi dari beberapa hal.
Pertama, rata-rata umur perkawinan pertama yang semakin menurun. Pada tahun
2007, rata-rata umur perkawinan pertama penduduk perempuan di Kabupaten Karimun
mencapai 21,28 tahun. Pada tahun 2010, rata-rata tersebut telah mengalami
peningkatan menjadi 20,96 tahun. Artinya terdapat kecenderungan bagi penduduk
perempuan untuk melakukan perkawinan pertama dalam usia yang semakin muda.
Semakin
muda usia seorang wanita saat melakukan perkawinan, maka semakin panjang masa
reproduksinya, sehingga semakin besar peluang untuk melahirkan anak. Umur perkawinan pertama merupakan salah satu
faktor yang cukup berpengaruh terhadap penurunan fertilitas. Menurut Hull dan
Singarimbun (Budi Suradji, 1981 : 5) dalam proses penurunan Total Fertilitiy Rate (TFR), 25 persen
diantaranya dipengaruhi oleh kenaikan umur kawin di kalangan wanita.
Faktor
kedua, adalah keikutsertaan di dalam program keluarga berencana. Sampai saat
ini program KB masih terus dilaksanakan meskipun tidak seketat pada masa awal
pelaksanaannya. Hal ini karena tingkat kesadaran masyarakat Indonesia tentang
KB sudah cukup tinggi. Dewasa ini pelaksanaan program KB tidak hanya sekedar
upaya untuk menekan tingkat kelahiran, tetapi lebih diarahkan kepada
pembentukan kualitas keluarga, yaitu keluarga sejahtera (NKKBS).
Target dan Realisasi Peserta KB menurut Kecamatan di Kabupaten Karimun
Tahun 2010
Kecamatan
|
Jumlah PUS
|
Peserta KB Aktif
|
% Terhadap
|
||
Target
|
Realisasi
|
P U S
|
Target
|
||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
Moro
|
3.034
|
2.272
|
2.054
|
67,67
|
90,40
|
Durai
|
1.099
|
815
|
840
|
76,43
|
103,07
|
Kundur
|
6.279
|
4.992
|
3.367
|
53,62
|
67,45
|
Kundur Utara
|
3.398
|
2.407
|
2.407
|
70,83
|
100
|
Kundur Barat
|
2.825
|
2.059
|
1.811
|
64,10
|
87,96
|
Karimun
|
8.938
|
6.550
|
5.969
|
66,78
|
91,13
|
Buru
|
1.655
|
1.158
|
1.158
|
69,96
|
100
|
Meral
|
8.174
|
5.976
|
4.881
|
59,71
|
81,68
|
Tebing
|
4.440
|
3.083
|
3.005
|
67,68
|
97,50
|
Jumlah
|
39.842
|
29.312
|
25.492
|
63,98
|
86,97
|
Sumber: Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan KB Kab.
Karimun
Berdasarkan data
Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, dan KB Kabupaten Karimun pada tahun 2010
jumlah peserta program KB mencapai 25.492 pasangan. Secara kuantitas, jumlah
ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2007 yang baru mencapai
22.678 pasangan. Namun demikian secara kualitas, perkembangan realisasi jumlah
peserta program KB pada tahun 2010 dapat dikatakan mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dibuktikan bahwa pada tahun
2010 realisasi jumlah peserta KB terhadap total jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) hanya sebesar 63,98 persen, turun dibandingkan dengan tahun 2007 yang
mencapai 64,64 persen.
Jika ditinjau menurut
wilayah yang lebih kecil, jumlah peserta KB terbanyak berada di Kecamatan Karimun
dengan jumlah 5.969 pasangan. Sementara itu, jumlah peserta KB paling sedikit
berada di kecamatan Durai dengan jumlah pasangan sebanyak 840. Namun jika
ditinjau dari segi kualitas peserta, justru Kecamatan Durai menempati peringkat
pertama dengan realisasi peserta KB sebanyak 76,43 persen dibandingkan dengan
total jumlah PUS. Sementara itu, pada wilayah kecamatan dengan jumlah penduduk
yang padat seperti Kundur maupun Meral kualitas realisasi jumlah peserta KB
justru berada pada peringkat terbawah dengan rasio dibawah 60 persen.
Situasi ini perlu
mendapatkan perhatian khusus dari instansi terkait, mengingat jumlah
pertumbuhan penduduk di kedua wilayah ini tergolong cepat. Kurangnya kepedulian
dan pengetahuan masyarakat membuat penetrasi dari peningkatan jumlah peserta
program KB ini menjadi terhambat. Hal ini terlihat dari alasan utama yang dikemukakan
mereka yang tidak mengikuti program KB. Dari hasil SUSENAS diketahui bahwa jumlah perempuan yang mengemukakan tidak
setuju KB, tidak mengetahui alat/cara, takut akan efek samping KB, dan tidak
tahu mengenai program KB mencapai 66,66 persen. Hanya terdapat 33,33 persen
perempuan yang memilih alasan fertilitas sebagai penyebab mereka tidak
mengikuti program KB.
Jumlah Kunjungan Akseptor KB Menurut Kecamatan dan Metode Yang Digunakan di
Kabupaten Karimun Tahun 2010
Kecamatan
|
Kunjungan
|
Jumlah
|
||||||
MOP/MOW
|
IUD
|
PIL
|
Kondom
|
Suntik
|
Iimplant
|
Lainnya
|
||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
(8)
|
(9)
|
Moro
|
18
|
85
|
649
|
45
|
1.037
|
220
|
-
|
2.054
|
Durai
|
4
|
18
|
247
|
13
|
466
|
92
|
-
|
840
|
Kundur
|
29
|
146
|
1.375
|
24
|
1.607
|
186
|
-
|
3.367
|
Kundur Utara
|
1
|
33
|
594
|
15
|
1.221
|
193
|
-
|
2.057
|
Kundur Barat
|
4
|
19
|
1.021
|
49
|
560
|
158
|
-
|
1.811
|
Karimun
|
68
|
318
|
2.517
|
144
|
2.604
|
318
|
-
|
5.969
|
Buru
|
4
|
18
|
578
|
17
|
417
|
77
|
-
|
1.111
|
Meral
|
93
|
150
|
1.834
|
78
|
2.414
|
312
|
-
|
4.881
|
Tebing
|
101
|
64
|
1.471
|
60
|
1.112
|
197
|
-
|
3.005
|
Jumlah
|
322
|
851
|
10.286
|
445
|
11.438
|
1.753
|
-
|
25.095
|
Sumber: Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, dan KB
Kabupaten Karimun
Bagi mereka yang
mengikuti program KB pun, pengetahuan terhadap metode dan cara yang digunakan
masih sangat kurang. Hal ini telihat dari minimnya variasi metode KB yang
digunakan oleh sebagian besar peserta. Pada tahun 2010, dari 25.095 pasangan
peserta KB di Kabupaten Karimun, 11.438 pasangan atau 45,58 persen diantaranya
lebih memilih untuk menggunakan KB suntik. Sementara itu 10.286 pasangan atau
40,99 persen memilih untuk menggunakan pil KB. Dengan demikian kedua metode
tersebut telah digunakan oleh lebih dari 96 persen peserta KB. Artinya, peserta
KB di Kabupaten Karimun cenderung menginginkan metode yang praktis walupun
tidak sepenuhnya efektif dalam mencegah kehamilan.
Fasilitas
dan Pelayanan Kesehatan
Salah satu usaha
pemerintah dalam meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk yaitu
dengan melakukan peningkatan ketersediaan fasilitas kesehatan dan mempermudah
akses terhadap fasilitas kesehatan. Dengan adanya kemudahan akses terhadap
fasilitas kesehatan, diharapkan berbagai keluhan kesehatan yang ada dapat
segera ditangani dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan yang serius.
Pada tahun 2010
seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Karimun telah memiliki sarana pusat kesehatan masyarakat,
puskesmas pembantu, serta puskesmas keliling yang tersebar secara merata.
Bahkan pada wilayah yang sebagian besar terdiri atas pulau seperti Moro dan
Durai telah tersedia fasilitas puskesmas keliling yang beroperasi dengan kapal.
Ketersediaan balai pengobatan umum yang jumlahnya mencapai Sembilan unit hanya
terdapat di tiga kecamatan yaitu, Kundur Barat, Karimun, dan Meral. Sementara untuk
fasilitas yang lengkap seperti rumah sakit hanya tersedia di wilayah Pulau
Karimun. Ke depan telah direncanakan untuk dapat meningkatkan fasilitas
puskesmas di wilayah Kecamatan Kundur menjadi rumah sakit sehingga dapat lebih
mempermudah akses masyarakat di wilayah pulau Kundur.
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan dan Jenis
Tahun 2010
Kecamatan
|
Rumah Sakit
|
Puskesmas
|
Puskesmas Pembantu
|
Puskesmas Keliling
|
Balai Pengobatan Umum
|
|
Darat
|
Laut
|
|||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
Moro
|
-
|
1
|
8
|
1
|
1
|
-
|
Durai
|
-
|
1
|
2
|
1
|
1
|
-
|
Kundur
|
-
|
1
|
5
|
4
|
-
|
-
|
Kundur Utara
|
-
|
1
|
7
|
1
|
-
|
-
|
Kundur Barat
|
-
|
1
|
5
|
1
|
-
|
1
|
Karimun
|
-
|
1
|
2
|
3
|
-
|
2
|
Buru
|
-
|
1
|
3
|
1
|
-
|
-
|
Meral
|
-
|
1
|
2
|
3
|
-
|
6
|
Tebing
|
2
|
1
|
3
|
3
|
-
|
-
|
Jumlah
|
2
|
9
|
37
|
18
|
2
|
9
|
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Karimun
Selain fasilitas
kesehatan, hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat
jumlahnya harus terus ditingkatkan dan persebarannya semakin diperluas sampai
ke tingkat kecamatan maupun desa/kelurahan.
Jumlah Tenaga Kesehatan Pada Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Karimun
Menurut Kecamatan dan Jenisnya Tahun 2010
Unit Kerja
|
Dokter
|
Paramedis
|
|||||||
Spesialis
|
Umum
|
Gigi
|
Perawat
|
Prwt Gigi
|
Bidan
|
Dukun Bayi
|
Anestesi
|
Sanitasi
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
(8)
|
(9)
|
(10)
|
Moro
|
-
|
9
|
-
|
23
|
-
|
16
|
15
|
-
|
1
|
Durai
|
-
|
5
|
1
|
12
|
-
|
10
|
16
|
-
|
-
|
Tanjung Batu
|
-
|
12
|
1
|
36
|
-
|
15
|
13
|
-
|
-
|
Tanjung Berlian
|
-
|
5
|
1
|
18
|
1
|
19
|
26
|
-
|
1
|
Sawang
|
-
|
9
|
1
|
13
|
-
|
11
|
7
|
-
|
-
|
Tanjung Balai
|
-
|
9
|
1
|
28
|
1
|
27
|
5
|
-
|
1
|
Buru
|
-
|
8
|
1
|
5
|
-
|
13
|
1
|
-
|
-
|
Meral
|
-
|
7
|
2
|
18
|
2
|
19
|
7
|
-
|
1
|
Tebing
|
-
|
6
|
1
|
11
|
1
|
19
|
8
|
-
|
1
|
Din. Kesehatan
|
-
|
6
|
4
|
6
|
1
|
6
|
-
|
-
|
5
|
RSUD
|
10
|
16
|
4
|
121
|
2
|
20
|
-
|
2
|
2
|
Jumlah
|
10
|
92
|
16
|
288
|
8
|
175
|
98
|
2
|
13
|
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun
Pada tahun 2010
jumlah tenaga kesehatan pada unit kerja pemerintah yang tersebar di seluruh
Kabupaten Karimun mencapai 702 orang, terdiri atas dokter sebanyak 188 orang
dan tenaga paramedis sebanyak 584 orang. Dari komposisi tersebut, sebagian
besar bekerja di RSUD Kabupaten Karimun. Walaupun jumlahnya cukup banyak namun
perlu menjadi perhatian bahwa jumlah dokter spesialis masih cukup minim, hanya
sebanyak 10 orang, yang tentu saja tidak cukup efektif jika ditinjau
berdasarkan rasionya dengan jumlah penduduk.
Perbandingan
antara pertambahan jumlah tenaga kesehatan dengan pertambahan jumlah penduduk
dapat dilihat dari rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk. Secara umum gejala
yang selalu terjadi di setiap daerah adalah pertambahan jumlah penduduk lebih
cepat dibandingkan dengan pertambahan jumlah tenaga kesehatan. Dengan demikian,
rasio jumlah tenaga kesehatan terhadap penduduk cenderung menurun. Pada tahun
2010, rasio jumlah tenaga kesehatan pemerintah di Kabupaten Karimun terbilang
masih minim. Untuk setiap 10.000 penduduk Kabupaten Karimun tersedia satu orang
dokter spesialis, empat orang dokter umum, satu orang dokter gigi, empat belas orang
perawat, satu orang perawat gigi, dan delapan orang bidan.
Jika ditinjau
menurut unit kerja yang lebih kecil, rasio dokter umum, perawat, dan bidan yang
terbesar terdapat di Kecamatan Durai. Wilayah yang memiliki rasio
dokter umum, perawat, dan bidan paling rendah berada di Kecamatan Meral. Meskipun perbedaan tersebut terlihat cukup
mencolok, namun dapat dikatakan wajar mengingat letak geografis Kecamatan Meral
yang berada dalam satu pulau dengan Kecamatan Karimun dan Kecamatan Tebing.
Ditambah lagi dengan adanya dukungan RSUD yang letaknya berada diantara
perbatasan ketiga kecamatan tersebut, mengakibatkan warga ketiga kecamatan
tersebut dapat saling melintas untuk mendapatkan akses tenaga kesehatan.
Rasio Tenaga Kesehatan Terhadap Penduduk Menurut Satuan Kerja Pemerintah
dan Jenis Keahlian di Kabupaten Karimun Tahun 2010 (per 10.000 penduduk)
Puskesmas
|
Jumlah Penduduk
|
Dokter
|
Paramedis
|
||||
Spesialis
|
Umum
|
Gigi
|
Perawat
|
Perawat Gigi
|
Bidan
|
||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
(8)
|
Moro
|
17.512
|
5,14
|
0,00
|
13,13
|
0,00
|
9,14
|
|
Durai
|
5.821
|
8,59
|
1,72
|
20,62
|
0,00
|
17,18
|
|
Tanjung Batu
|
33.878
|
3,54
|
0,30
|
10,63
|
0,00
|
4,43
|
|
Tanjung Berlian
|
17.066
|
2,93
|
0,59
|
10,55
|
0,59
|
11,13
|
|
Sawang
|
16.146
|
5,57
|
0,62
|
8,05
|
0,00
|
6,81
|
|
Tanjung Balai
|
42.601
|
2,11
|
0,23
|
6,57
|
0,23
|
6,34
|
|
Buru
|
8.967
|
8,92
|
1,12
|
5,58
|
0,00
|
14,50
|
|
Meral
|
44.627
|
1,57
|
0,45
|
4,03
|
0,45
|
4,26
|
|
Tebing
|
25.943
|
2,31
|
0,39
|
4,24
|
0,39
|
7,32
|
|
RSUD
|
212.561
|
0,47
|
0,75
|
0,19
|
5,69
|
0,09
|
0,94
|
Kab. Karimun
|
212.561
|
0,47
|
4,33
|
0,75
|
13,55
|
0,38
|
8,23
|
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun