Judul: Marmut Merah Jambu
Penulis: Raditya Dika
Penerbit: Bukune
Cetakan: I, tahun 2010
Jumlah Hal: 218
Secara garis besar, buku ini
adalah soal cinta. Buku ini dimulai dari suatu usaha Raditya Dika untuk memahami
apa itu cinta melalui introspeksi ke dalam-pengalaman pengalamannya, tentu saja
dengan gaya komedi. Dan hasilnya, ternyata cinta memang tidak pernah dapat
dimengerti. Alih-alih seperti belalang sembah jantan yang rela mati dan dimakan
kepalanya oleh belalang sembah betina setiap kawin, penulis merasa seperti
seekor marmut merah jambu yang terus menerus jatuh cinta, loncat dari satu relationship
ke yang lainnya, mencoba berlari dan berlari dalam roda bernama cinta,
seolah-olah maju, tapi tidak..karena sebenarnya jalan di tempat.
Apa yang coba dituliskan di buku
Marmut Merah Jambu ini adalah tentang pengalaman satu orang, yang terkadang
juga dirasakan “dalam kejadian yang berbeda” oleh orang lain. Dimuat dalam
potongan-potongan cerita, tapi intinya tetaplah sama: tentang bagaimana manusia
pacaran, tentang manusia jatuh cinta, tentang pengalaman jatuh cinta. Dari mulai
bagaimana jatuh cinta dengan diam-diam, sampai naksir orang via chatting. Dari
mulai susahnya mutusin cewek sampai ditaksir sama cewek aneh. Dari mulai kita
nembak cewek, sampai akhirnya membuat janji seperti lazimnya orang pacaran
lainnya, seperti: “kita bakalan kayak gini terus”. Janji yang terkadang gak
bisa ditepati.
Tapi yang paling menarik adalah
bagaimana dia bisa menempatkan kalimat-kalimat yang serius (dan barangkali
mengingatkan kembali kepada pembaca lainnya mengenai pengalaman hidupnya sendiri)
diantara cerita-cerita kocak yang dimuat. Beberapa yang menarik diantaranya (menurut
pandangan saya tentunya) di hadirkan di bawah ini:
“orang yang jatuh cinta diam-diam
tahu dengan detail semua informasi orang yang dia taksir, walaupun mereka belum
pernah ketemu:…” (3)
"Seperti yang ditulis Oscar Wilde: ‘Seperti dua kapal yang
berpapasan sewaktu badai, kita telah bersilang jalan satu sama lain; tapi kita
tidak membuat sinyal, kita tidak mengucapkan sepatah kata pun, kita tidak punya
apa pun untuk dikatakan’…
…Hampir semua orang yang jatuh
cinta diam-diam pernah menelepon orang yang mereka taksir dan langsung menutup
telponnya kembali. Hal yang membedakan paling hanya jam mereka menelpon” (7)
“orang yang jatuh cinta diam-diam
harus bisa melanjutkan hidupnya dalam keheningan” (14)
“pada akhirnya orang yang jatuh
cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka Cuma bisa mendoakan, setelah capek
berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali,
hingga makin lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh. Orang yang jatuh
cinta diam-diam pada akhirnya menerima.
Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan
apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita
sesungguhnya butuhkan. Dan sebenarnya yang kita butuhkan hanyalah merelakan.
Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa seperti yang mereka selalu lakukan,
jatuh cinta sendirian.” (16)
“Katanya, ‘Kalau dia suka sama lo, pasti dia SMS selamat malam atau
ucapan terima kasih. Kalo gak, yah enggak’. Gue mengiyakan.
Malam itu gue menunggu. Entah SMS, atau telpon. Satu jam berlalu.
Masih belum ada, SMS itu. Masih belum ada, telepon itu.
Malam itu, tidak ada apa-apa.
Tidak satu SMS pun.” (79)
“..’hmmm, inget. Dikit’ kata gue.
Pada kenyataannya, gue inget semuanya.
Gue inget semua detail kecil yang mungkin dia lupa….” (83)
“bagaimana dengan para jomblo abadi, yang mungkin mati sendirian? Bagaimana
dengan orang yang memilih untuk tidak pernah mencintai orang lain? Atau, ini
yang paling parah: bagaimana dengan orang yang cintanya selalu bertepuk sebelah
tangan?
Mereka punya nama untuk itu: unrequited love.
Unrequited love, atau cinta yang tak terbalas, adalah hal yang paling
bisa bikin kita ngais tanah. Untuk tahu kalau cinta kita tak berbalas, rasanya
seperti diberitahu bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkan orang tersebut. Rasanya
seperti diingatkan bahwa kita, memang tidak sempurna, atau setidaknya tidak
cukup sempurna untuk orang tersebut.” (91)
“Bagaimana dua orang bisa bertemu dan jatuh cinta? Bagi sebagian orang
sesimpel mereka sekelas di sekolah, satu meja di tempat les, atau sang guru
membuat mereka duduk satu meja. Bagi sebagian yang lain, tidak sesimpel itu…..
…..Bagaimana orang bertemu memang aneh, absurd dan kompleks. Tidak ada
yang tahu pasti kapan soulmate bisa
datang” (143)
"Dan gue, baru tahu, bahwa satu
kalimat yang ditulis oleh seseorang bisa membuat kita gak bisa tidur semalaman"
(148)
“For other people they see me as
a clown, but for you, I show you the human” (158)
“…Kita duduk di bagian belakang,
sementara beberapa lagu jazz standard dimainkan dengan perlahan-lahan. Gue
menyender, dia juga menyender. Gua ingin memegang tangannya tapi tidak berani
untuk membuat first move. Buat cowok, menunggu waktu yang pas untuk memegang
tangan si cewek perlu kelihaian. Kalau kita memegang tangannya kecepetan, si
cewek bisa-bisa ilfil. Kalau kita kelamaan, kita melewatkan kesempatan untuk
membuat si cewek merasa diperhatikan….” (159-160)
“Lalu gue menghela napas, duduk
di sebelahnya dengan manis.Diam dalam kenyamanan. Tanpa kata-kata, gue mencoba
untuk mengkomunikasikan bahwa gue, sudah
jatuh kepada dia.” (161)
" Gue menyebut ini sebagai sebuah cosmological coincidence, atau kebetulan kosmos, kebetulan yang dirancang oleh alam semesta. Semesta telah mengatur pertemuan kita. Lebih jauh lagi gue gak percaya pada kebetulan, gue lebih percaya pada pertemuan yang direncanakan diam-diam. Masing-masing dari kita punya garis kehidupan yang telah digambarkan. Dan masing-masing dari kita, kalau diizinkan, akan saling bersinggungan." (163)
NB: terima kasih pada mbak mita atas pinjaman bukunya