Senin, 31 Desember 2012
Minggu, 23 Desember 2012
Rabu, 07 November 2012
Sabtu, 15 September 2012
Jumat, 31 Agustus 2012
Study Objective
Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan dari teman-teman mengenai study objective. maka berikut ini saya mencoba membagi apa yang saya ketahui mengenai "benda" tersebut.
1. Study Objective (setahu saya) adalah sangat krusial bagi teman-teman yang ingin melamar program beasiswa, maupun ke kampus yang ingin di tuju di luar negeri. jadi memang harus dipersiapkan oleh mereka yang betul-betul berminat.
2. isinya ceritanya bebas, tapi mestinya berbeda beda, tergantung dari jenis beasiswa dan program studi yang ingin kita ambil. jadi kalau mau daftar ke banyak tempat, ya jangan cuma pakai satu SO saja.
3. Baca baik-baik petunjuk dari penyedia program. Perhatikan betul-betul batasan yang diminta oleh pihak pengelola program yang ingin kita tuju. Untuk beasiswa fulbright misalnya, biasanya batasan diberikan dalam bentuk jumlah halaman, atau jumlah baris, jadi bebas jumlah katanya. Sementara stuned, mensyaratkan batasan dalam jumlah kata, jadi kata-kata pendek seperti a, is, atau it itu dihitung satu kata, tidak perduli berapa baris yang kita buat.
4. Cobalah untuk meunjukkan kenapa mereka harus memilih kita, dan bahwa dunia akan kiamat jika mereka tidak melakukannya (kalo bisa seperti ini, peluang berhasil sudah 90 persen ;-P). kalo memang kita bukan orang yang penting bagi dunia, ya paling tidak tunjukkin kenapa kita penting bagi kantor, lingkungan, keluarga dst
5. ada beberapa contoh yang bisa ditiru (isi study objective ini sebenernya cuma meniru dan memodifikasi kok). salah satu yang cukup bagus dan saya jadikan jadi referensi adalah di http://panjifh.wordpress.com/2012/02/04/my-study-objectives/
6. selama umur memungkinkan, jangan menyerah untuk mengirim terus menerus sampai si pemberi beasiswa bosan, dan jangan malu bertanya sama mbah google (termasuk minta diterjemahkan).
7. terakhir, ini adalah salah satu study objective yang pernah saya buat, dan sementara ini proven to be accepted (yang tidak berhasil sih masih ada lebih banyak lagi). masih ada lagi bentuk persyaratan lagi semacam: personal statement (kapan-kapan saya sertakan kalo sudah berhasil)
semoga bermanfaat
semoga bermanfaat
Study Objective of XXX for XXX Scholarship
Working as xxx at xxx, I
often found that some the data released by our institutions has becoming
polemic in the community. Many newspapers I read were issued opinion about
their doubt of xxx latest data. Poverty and unemployment data for example, is
being questioned by some expert because they think that it was under estimate
from the actual situation. It doesn’t make any sense they said, comparing to most
of the news on mass media that reported about increasing poverty people in
Indonesia. It was worried situation because it would make the xxx credibility,
as the official government statistical provider, at stake.
The fact is Indonesian law has been set that governments
must use data from xxx when making their policies. Quality statistical data
become very important because it could determine the direction of development.
Failure in producing correct data will lead government to made wrong decision
that could affect so many people. Therefore, people trust about statistical
data that produced by xxx must be restored. There must be sustainable efforts
to improve the xxx data quality. One of the concerned circumstances about the
statistical data quality is that, the human resources working on it was unable
to adapt with the latest development in methodology and application of
statistics. As one of the man who was working analysis about statistical data
in regional level, those conditions stimulated me to have the mastery in
applied statistics.
Five years of handling and
processing large amount of data, appropriate techniques is very critical in producing
correct statistic. It was giving me a lot of experience in practical, but
surely it would not adequate for me, especially if I have tasked to work on
more complicated problems research project. Forecasting of future inflation rate
for instance, need deeper knowledge about time series analysis. I think that it was necessary
for statistician like me to deepen my knowledge and skills in stochastic
processes, regression modeling, and, analysis of variance. Theory enrichment
about such method will help to expand creativity in solving complicated
problems and making better analysis.
A Masters of Science program, which offering both
statistical coursework and practical capstone will be suitable to give me
strong foundation in applied statistics. It is important, and also my greatest
desire, to attain it at one of prestigious university in the Unites States, as
many among them have reached the highest standard in applied statistics
education, and gained international recognition. United States has been famous
for years in development of statistics, as their statistician like xxx, xxx has
gave a lot of contribution with their method in solving statistical problems. With
a solid foundation in academic and work experience, I am confident that I will
have skills, knowledge, experience, and contacts that will open visible
perspectives for me to complete my study.
Upon completing my masters, I will return to Indonesia. Having a Master’s degree will lead me to higher responsibility as data analyst, giving more solid theoretical basis as a foundation to answer peoples question about xxx statistical data. Hopefully, it would increase xxx statistical data quality and strengthen xxx credibility in the future. The degree and knowledge I obtain will help me to expanding my career, moving to the next stage of position in provincial or national office, something that I couldn’t reach any further without higher education. In that way, I could contribute more in helping to direct Indonesia’s development into the right track. While doing these, I will seek for the closest opportunity to get a PhD qualification.
Upon completing my masters, I will return to Indonesia. Having a Master’s degree will lead me to higher responsibility as data analyst, giving more solid theoretical basis as a foundation to answer peoples question about xxx statistical data. Hopefully, it would increase xxx statistical data quality and strengthen xxx credibility in the future. The degree and knowledge I obtain will help me to expanding my career, moving to the next stage of position in provincial or national office, something that I couldn’t reach any further without higher education. In that way, I could contribute more in helping to direct Indonesia’s development into the right track. While doing these, I will seek for the closest opportunity to get a PhD qualification.
Sabtu, 02 Juni 2012
Perempuan Karimun dan Ketenagakerjaan
*) Bagian ke 6 dari publikasi "Profil Perempuan Karimun TA 2012"
“The ideal-worker standard
and norm of work devotion push mothers to the margins of economic life. And a
society that marginalizes its mothers impoverishes its children. That is why
the paradigmatic poor family is mostly a single mother and her child.”
Penduduk Usia Kerja
PUK
dibagi menjadi tiga kelompok usia yaitu 15-24, 25-54 dan 55+. Kelompok usia
15-24 tahun adalah kelompok usia yang sudah dikategorikan menjadi kelompok usia
kerja meskipun semestinya mereka masih harus sekolah. Kelompok usia 25-54 tahun
adalah mereka yang produktif dalam pasar kerja, dan usia 55+ adalah mereka yang
dianggap sudah kurang produktif lagi dalam pasar kerja.
Komposisi Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Karimun Tahun 2010 (Persen)
Kelompok
Umur
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
15
– 24
|
23,73
|
23,48
|
23,61
|
25
- 54
|
62,93
|
63,13
|
63,03
|
55
+
|
13,34
|
13,39
|
13,36
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
Jumlah
Penduduk Usia 15 +
|
75.659
|
72.201
|
147.860
|
Sumber : Sensus
Penduduk 2010
Dalam tabel terlihat
bahwa jumlah penduduk berusia 15 tahun keatas berjumlah 147.859 jiwa, terdiri atas
75.659 laki-laki dan 72.201 perempuan. Dari jumlah tersebut, total penduduk usia
kerja yang masih produktif mencapai 63,03 persen. Sementara itu penduduk usia
kerja yang tergolong kurang produktif baik yang masih merupakan usia sekolah
maupun yang sudah tergolong usia mendekati tua masing-masing mencapai 23,61
persen dan 13,36 persen.
Meskipun jumlah
penduduk usia kerja laki-laki lebih besar daripada penduduk perempuan, namun
ditinjau menurut struktur umur tidak terdapat perbedaan yang nyata jumlah
penduduk usia produktif, antara penduduk laki-laki dan perempuan. Artinya, baik
penduduk laki-laki maupun perempuan di Kabupaten Karimun sebenarnya memiliki
modal dasar yang sama untuk terjun dan terlibat dalam dunia kerja.
Struktur Penduduk Usia
Kerja
Meningkatnya
partisipasi wanita dalam pasar kerja bukanlah terjaadi secara kebetulan, karena
peranan wanita dalam pasar tenaga kerja secara tradisional sebenarnya cukup
besar. Terutama di daerah perdesaan dan khususnya sektor pertanian. Peningkatan
persentase wanita kerja disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu peningkatan
dari sisi penawaran dan sisi pemintaan (Tjiptoherijanto,
1997). Pertama, dari sisi
penawaran peningkatan tersebut disebabkan antara lain oleh semakin membaiknya
tingkat pendidikan wanita dan disertai pula dengan menurunnya angka kelahiran.
Perkembangan
terhadap kedua hal tersebut kemudian mendapat momentum dengan semakin besarnya
penerimaan sosial atas wanita yang bekerja di luar rumah. Faktor kedua, dari sisi permintaan, perkembangan
perekonomian (dari sisi produksi) memerlukan tenaga kerja wanita, seperti
halnya industri tekstil dan garmen. Sedangkan fenomena lain yang makin
mendorong masuknya wanita ke lapangan kerja adalah karena makin tingginya biaya
hidup bila hanya ditopang oleh satu penyangga pendapatan keluarga (one earner household). Fenomena ini
mulai muncul ke permukaan dan terlihat jelas terutama pada keluarga yang berada
di daerah perkotaan.
Dalam publikasi ini
batasan usia kerja yang digunakan adalah adalah 15 tahun keatas. Karena jenis
kegiatan yang dilakukan oleh setiap penduduk pada kelompok umur ini berbeda-beda,
maka secara umum Penduduk Usia Kerja (PUK) tersebut dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu Angkatan Kerja (AK) dan Bukan Angkatan Kerja (BAK). Angkatan
Kerja adalah penduduk usia kerja yang terlibat dalam kegiatan ekonomi yaitu
penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang
termasuk Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang mengurus rumah tangga, sekolah
dan lainnya (pensiun, penerima transfer/kiriman, penerima deposito/bunga bank,
jompo atau alasan lain.
Pada
tahun 2010 persentase penduduk usia kerja yang tergolong dalam angkatan kerja
lebih besar jika dibandingkan
dengan yang termasuk ke dalam bukan angkatan kerja. Penduduk yang tergolong
angkatan kerja mencapai 61,66 persen, dimana 54,42 persen diantaranya merupakan
mereka yang bekerja, sementara 7,24 persen sisanya tergolong sedang mencari
pekerjaan, mempersiapkan usaha, atau menganggur. Sementara itu golongan bukan
angkatan kerja mencapai 38,34 persen, didominasi oleh kegiatan mengurus rumah
tangga yang mencapai 26,60 persen, disusul oleh sekolah sebesar 8,11 persen dan
lainnya sebesar 3,63 persen.
Jumlah Penduduk Usia Kerja Kabupaten Karimun Menurut
Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin Tahun 2010 (Persen)
Kegiatan Utama
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Total
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
Angkatan Kerja
|
83,94
|
38,32
|
61,66
|
Bekerja
|
79,44
|
28,20
|
54,42
|
Mencari Pekerjaan
|
4,50
|
10,12
|
7,24
|
Bukan Angkatan Kerja
|
16.06
|
61,68
|
38,34
|
Sekolah
|
8,16
|
8,06
|
8,11
|
Mengurus rumahtangga
|
4,64
|
49,61
|
26,60
|
Lainnya
|
3,27
|
4,01
|
3,63
|
|
|
|
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : BPS Kabupaten
Karimun
Jika ditinjau menurut
jenis kelamin, tampak peranan penduduk perempuan dalam kegiatan ekonomi masih
cukup terbatas. Jumlah penduduk laki-laki yang termasuk angkatan kerja mencapai
83,94 persen, sedangkan angkatan kerja perempuan hanya sebesar 38,32 persen. Dari
jumlah tersebut, penduduk angkatan kerja laki-laki yang bekerja mencapai 79,44
persen, sedangkan penduduk
perempuan yang bekerja hanya sebesar 28,20 persen. Sementara itu, jumlah
angkatan kerja kerja laki-laki yang sedang mencari pekerjaan mencapai 4,50
persen, jauh lebih rendah daripada penduduk perempuan yang mencapai 10,12
persen.
Hal yang sebaliknya
terlihat pada kategori bukan angkatan kerja. Jumlah penduduk usia kerja
laki-laki yang tergolong bukan angkatan kerja hanya sebesar 16,06 persen, jauh
lebih rendah dibandingkan dengan penduduk perempuan yang mencapai 61,68 persen.
Dari jumlah tersebut, penduduk usia keja yang sedang bersekolah dan melakukan
kegiatan lainnya relatif seimbang antara laki-laki dan perempuan.
Namun demikian, pada penduduk perempuan
sebagian besar atau 49,61 persen diantaranya didominasi oleh kegiatan mengurus
rumah tangga. Sebaliknya pada penduduk laki-laki yang termasuk bukan angkatan
kerja lebih didominasi oleh mereka yang sedang bersekolah. Hal ini semakin
menguatkan anggapan bahwa tanggung jawab mencari nafkah dan peranan dalam
keluarga masih dipegang oleh laki-laki, sementara tanggungjawab perempuan
berada pada sektor domestik.
Penduduk Yang Bekerja
Menurut Lapangan Kerja Utama
Jumlah penduduk
bekerja yang dirinci menurut lapangan pekerjaan, sering digunakan sebagai
indikator untuk mengetahui tingkat kemakmuran di suatu wilayah. Sektor-sektor
yang biasa digunakan sebagai tolok ukur adalah sektor pertanian, industri, dan
jasa-jasa. Pada daerah dengan tingkat kemakmuran yang tinggi, biasanya jumlah
penduduk yang bekerja di sektor pertanian relatif sedikit. Sebaliknya pada
daerah tersebut penduduk yang bekerja di sektor industri dan jasa-jasa relatif
besar. Sedangkan jika sebagian besar penduduk di suatu daerah bekerja di sektor
pertanian, sementara yang bekerja pada sektor industri dan jasa-jasa pada
umumnya relatif rendah maka daerah tersebut memiliki tingkat kemakmuran yang
rendah (Utomo, 2006).
Tinjauan mengenai kesetaraan gender dalam dunia
kerja tidak terlepas dari analisis terhadap peranan perempuan pada bidang
perekonomian. Selama dua dekade terakhir ini diperkirakan jumlah tenaga
kerja wanita terserap di sektor industri sebagai buruh mengalami kenaikan
sekitar 4,3 persen setiap tahunnya. Menurut Sayogjo (1989), peningkatan itu terjadi
paling-tidak karena dua faktor: Pertama,
karena sektor industri, seperti industri rokok, tekstil, konfeksi dan industri
makanan serta minuman untuk sebagian menuntut ketelitian, ketekunan dan
sifat-sifat lain yang umumnya merupakan ciri kaum wanita. Kedua, karena tenaga kerja wanita dipandang
lebih penurut dan murah sehingga secara ekonomis lebih menguntungkan bagi
pengusaha.
Pendapat ini terbukti dari gambaran
peranan perempuan dalam sektor perekonomian di Kabupaten Karimun. Secara umum
pekerjaan yang digeluti sebagian besar penduduk Kabupaten Karimun berada pada
sektor pertanian. Konsep pertanian pada
sektor ini meliputi sektor pertanian, peternakan, perburuan dan kehutanan,
serta sektor perikanan.
Persentase
penduduk yang bekerja di sektor pertanian sekitar 31,79 persen, meningkat dari
tahun sebelumnya yang mencapai 30,08 persen. Lapangan usaha lain yang banyak
menyerap tenaga kerja adalah peradagangan, hotel dan restoran. Jumlah tenaga
kerja yang diserap oleh sektor ini mencapai 18,07 persen, mengalami penurunan
dari tahun 2009 yang mencapai 23,81 persen.
Namun jika ditinjau berdasarkan
jenis kelamin, terlihat bahwa peranan perempuan dalam kegiatan perekonomian
masih belum merata. Hal ini dibuktikan dengan lapangan usaha yang digeluiti
oleh perempuan di Kabupaten Karimun yang masih terbatas pada beberapa sektor
tertentu. Partisipasi tertinggi perempuan dalam perekonomian Kabupaten Karimun
berada pada sektor Jasa-jasa sebesar 32,5 persen, disusul dengan sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 30,84 persen, dan sektor pertanian sebesar 25,77
persen. Dominasi ketiga sektor tersebut mencapai 88,75 persen.
Yang
menarik adalah, dari 25,77 persen perempuan yang bekerja di sektor pertanian,
21,11 persen diantaranya adalah mereka yang bekerja pada sub-sektor perkebunan.
Jadi dapat dikatakan bahwa peranan perempuan dalam pertumbuhan ekonomi sektor
pertanian masih belum berarti karena penyumbang terbesar pertumbuhan sektor
pertanian Kabupaten Karimun berada pada sub sektor perikanan.
Selain itu, proporsi penduduk perempuan yang bekerja pada sektor lain
dapat dikatakan cukup minim jika dibandingkan dengan pekerja laki-laki,
misalnya pada sektor pertambangan dan penggalian, konstruksi, serta
transportasi dan informasi komunikasi. Hal ini tentu tidak terlepas dari adanya
pandangan bahwa jenis-jenis pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang mengandung
resiko yang tinggi, sehingga lebih cocok dikerjakan oleh laki-laki.
Karakteristik Pekerja Perempuan
Pengetahuan dan informasi mengenai karakteristik pekerja perempuan sangat
penting untuk diketahui dalam upaya perencanaan pembangunan berbasis gender. Dalam sudut
pandang kapitalisme, kedudukan seseorang ditentukan oleh penguasaan alat
produksi. Atau dengan kata lain, kedudukan seseorang ditentukan oleh
kemampuannya untuk menghasilkan produksi berdasarkan pekerjaannya.
Dengan
demikian, pembagian kerja dalam perusahaan ditentukan oleh dorongan efisiensi
produksi dalam hubungannya untuk memaksimalkan keuntungan (Giddens, 1987). Penempatan posisi seseorang dalam struktur
ketenagakerjaan ditentukan oleh tingkat produktifitas serta ketrampilannya,
yang selanjutnya akan memperlihatkan variasi upah yang berbeda berdasarkan
tingkat produktifitasnya.
Dampak
dari pemahaman tersebut membawa konsekuensi bahwa siapa yang mampu bekerja
lebih keras dalam jangka waktu yang panjang akan menghasilkan produksi yang
lebih banyak dan akan memperoleh upah yang lebih besar. Hal inilah yang
menempatkan posisi perempuan pada kedudukan yang kurang baik dalam struktur
ketenagakerjaan. Perempuan
dari golongan ekonomi lemah yang secara umum identik dengan kemiskinan dan
tingkat pendidikan maupun ketrampilan rendah.
Maka
ketika perempuan memutuskan untuk terlibat bekerja di sektor publik maka ia
harus mau menerima jenis pekerjaan apa saja yang ditawarkan. Situasi ini
menempatkan perempuan pada pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan khusus
dan umumnya berupah rendah. Sedangkan kesulitan ekonomi akibat upah rendah
tersebut memaksa mereka untuk tetap melaksanakan sendiri tugas-tugas rumah
tangga, karena untuk menggaji orang lain merupakan hal yang sangat sulit
(Sudarwati, 2009).
Elson dan Pearson (1984) menyatakan
bahwa penggunaan tenaga kerja wanita untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu
sesungguhnya adalah strategi pengusaha untuk mendapatkan tenaga kerja yang
murah. Kedua ahli tersebut dengan tegas menyatakan tidak benar apabila
pembagian kerja timbul karena kaum wanita dianggap paling cocok untuk pekerjaan
tertentu.
Dalam
kenyataannya, hal itu hanya sekedar mitos belaka atau sengaja “dimitoskan”.
Pihak Pengusaha cenderung mencari tenaga kerja wanita yang berusia muda dengan
pertimbangan dapat menekan pengeluaran. Sebagaimana hasil penelitian dari Mather (1982), bahwa banyak perusahaan mencari
tenaga kerja wanita yang berumur 13-20 tahun dengan tujuan menekan pengeluaran.
Disamping dapat memberi upah murah, pengusaha juga merasa lebih dapat menghemat
uang perusahaan karena tidak perlu memberi tunjangan sosial akibat tidak adanya
tanggungan keluarga.
Hal ini berbeda
bila perusahaan memperkerjakan tenaga kerja pria, yang selain lebih mahal juga memiliki anggota keluarga
yang harus diberi tunjangan, entah itu istri atau anak. Secara lebih rinci, Manning (1980) mengemukakan dua keuntungan yang
diperoleh pengusaha bila mereka memperkerjakan kaum wanita. Pertama, kaum wanita lebih telaten dan lebih
penurut sehingga tidak banyak menimbulkan kesulitan dalam menerapakan langkah
kebijaksanaan perusahaan. Kedua,
angkatan kerja wanita sangat banyak dari segi upah relatif lebih murah daripada
kaum pria sehingga karenanya dapat menekan biaya produksi.
Jika ditinjau menurut karakteristik usia, sebagian besar
pekerja perempuan berusia muda 15-24 tahun di Kabupaten Karimun memilih sektor Perdagangan,
hotel & Restoran, serta Jasa sebagai lapangan kerja utama. Terdapat hampir
75 persen pekerja perempuan usia 15-24 tahun yang bekerja pada kedua sektor
ini. Sementara pada pekerja usia
produktif 25-54 tahun, lebih memilih sektor jasa, perdagangan, hotel &
restoran, serta pertanian sebagai bidang pekerjaan utama. Terdapat hampir 90
persen pekerja perempuan usia 24-54 tahun yang menggeluti bidang pekerjaan ini.
Sementara itu bagi pekerja perempuan dalam usia tidak
produktif, sektor pertanian serta perdagangan, hotel & restoran menjadi
sektor primadona dalam bekerja. Artinya, sektor perdagangan dan jasa lebih
diminati oleh pekerja perempuan yang baru memulai bekerja, karena kesempatan yang
ditawarkan pada kedua sektor ini relatif terbuka. Sedangkan sektor pertanian
lebih diminati oleh mereka yang berusia lanjut, karena pekerjaan pada sektor
tersebut tidak membutuhkan tingkat pendidikan serta keterampilan yang tinggi.
Jumlah Penduduk Perempuan
di Kabupaten Karimun Menurut Lapangan Usaha dan Usia Kerja Tahun 2010 (Persen)
Lapangan Usaha
|
Usia Kerja
|
Jumlah
|
||
15-24
|
25-54
|
55+
|
||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
Pertanian
|
9,39
|
26,78
|
50,56
|
25,77
|
Pertambangan
|
1,09
|
0,78
|
0,46
|
0,81
|
Industri
|
2,83
|
3,68
|
7,45
|
3,87
|
LGA
|
0,21
|
0,10
|
0,05
|
0,11
|
Konstruksi
|
1,30
|
0,54
|
0,20
|
0,65
|
Perdagangan H & R
|
40,52
|
28,92
|
25,53
|
30,84
|
Transportasi & Infokom
|
2,33
|
0,77
|
0,20
|
1,01
|
Keuangan, Asuransi
|
1,61
|
0,70
|
-
|
0,81
|
Jasa
|
34,29
|
34,28
|
12,72
|
32,15
|
lainnya
|
6,43
|
3,45
|
2,84
|
3,98
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Sumber : Sensus Penduduk 2010
Menurut Manning (1990)
terdapat hubungan antara pendidikan yang ditamatkan dengan sektor pekerjaan. Lulusan SLTA dan Akademi/Universitas,
menonjol di sektor jasa bisnis (perbankan dan keuangan),
pertambangan, listrik dan air sedangkan lulusan SD atau tidak sekolah/tidak
tamat SD banyak terserap di sektor bangunan, manufaktur, dan
pertanian. Dijelaskan pula bahwa pendidikan yang tinggi
juga memberi andil pada partisipasi tenaga kerja, tetapi masalah kehidupan yang sulit terlebih
pada keluarga yang tidak
mampu akan mendorong lebih banyak wanita untuk bekerja mencari nafkah.
Ditinjau menurut karakteristik tingkat pendidikan, hampir
separuh atau 49,86 persen dari pekerja perempuan di Kabupaten Karimun memiliki
pendidikan setingkat SD kebawah. Angka ini masih cukup besar mengingat, hanya
terdapat 7,04 persen pekerja wanita yang memiliki pendidikan sarjana. Sebagian
besar atau 87,27 persen atau perempuan yang bekerja di sektor pertanian
memiliki pendidikan paling tinggi setingkat SD. Pada sektor perdagangan, jumlah
perempuan yang memiliki pendidikan setingkat SD kebawah mencapai 49,94 persen,
atau hampir separuhnya. Sementara pada sektor jasa jumlah perempuan dengan
pendidikan setingkat SMA keatas telah mencapai 72,46 persen.
Artinya, tingkat pendidikan akan turut mempengaruhi
sektor ekonomi yang dipilih sebagai tempat bekerja perempuan. Perempuan dari golongan
ekonomi lemah yang secara umum identik dengan kemiskinan dan tingkat pendidikan
maupun ketrampilan rendah menempatkan perempuan pada pekerjaan yang tidak
memerlukan keterampilan khusus dan umumnya berupah rendah. Mereka cenderung memilih lapangan usaha yang mengandalkan
tenaga seperti pertanian, industri pengolahan, konstruksi, serta perdagangan,
hotel, dan restoran. Sementara bagi mereka yang berpendidikan cukup tinggi,
lebih banyak terlibat pada sektor ekonomi yang mengandalkan keahlian seperti
listrik, gas, dan air, transportasi dan komunikasi, keuangan, serta jasa.
Jumlah Penduduk
Perempuan yang Bekerja Menurut Pendidikan dan Lapangan Usaha di Kabupaten
Karimun Tahun 2010 (Persen)
Lapangan
Usaha
|
Pendidikan
|
|||||||||
Tdk
SKlh
|
TT
SD
|
SD
|
SMP
|
SMA
|
SMK
|
D1/D2
|
D3
|
S1
|
S2/S3
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
(8)
|
(9)
|
(10)
|
(11)
|
Pertanian
|
15,99
|
4,24
|
14,00
|
-
|
3,73
|
3,75
|
2,43
|
-
|
2,28
|
10,29
|
Pertambangan
|
20,54
|
11,52
|
14,75
|
4,35
|
5,22
|
7,58
|
2,43
|
1,20
|
3,66
|
6,13
|
Industri
|
50,73
|
24,24
|
47,16
|
4,35
|
34,33
|
38,60
|
14,56
|
4,82
|
13,96
|
28,31
|
LGA
|
7,45
|
11,52
|
12,36
|
17,39
|
11,94
|
20,57
|
16,02
|
7,83
|
7,64
|
31,99
|
Konstruksi
|
4,79
|
36,97
|
9,58
|
52,17
|
26,12
|
26,36
|
51,46
|
48,19
|
27,79
|
19,73
|
Perdagangan H & R
|
0,25
|
1,21
|
0,13
|
4,35
|
2,24
|
1,54
|
4,37
|
4,22
|
1,94
|
1,10
|
Transportasi & Infokom
|
0,08
|
2,42
|
0,25
|
4,35
|
2,99
|
0,44
|
0,97
|
2,41
|
12,01
|
0,12
|
Keuangan, Asuransi
|
0,04
|
4,85
|
0,76
|
4,35
|
2,99
|
0,52
|
4,85
|
9,04
|
10,81
|
0,86
|
Jasa
|
0,13
|
3,03
|
1,01
|
8,70
|
10,45
|
0,62
|
2,91
|
22,29
|
18,85
|
1,47
|
lainnya
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0,02
|
-
|
-
|
1,05
|
-
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Sumber : Sensus
Penduduk 2010
Jika dilihat berdasarkan status
dalam usaha, diketahui bahwa perempuan yang memiliki pendidikan setingkat SD
kebawah sebagian besar memilih untuk berusaha sendiri. Jumlah perempuan
berpendidikan setingkat SD kebawah yang berusaha sendiri rata-rata sebesar
37,85 persen. Sementara itu posisi kedua status pekerjaan bagi perempuan
berpendidikan setingkat SD kebawah ditempati oleh pekerja keluarga atau pekerja
tidak dibayar dengan rata-rata 25,09 persen.
Jumlah Penduduk
Perempuan yang Bekerja Menurut Status Usaha dan Pendidikan di Kabupaten Karimun
Tahun 2010 (Persen)
Status
Usaha
|
Pendidikan
|
Jumlah
|
|||||||||
TS
|
TT
SD
|
SD
|
SMP
|
SMA
|
SMK
|
D1/D2
|
D3
|
S1
|
S2/S3
|
||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
(8)
|
(9)
|
(10)
|
(11)
|
(12)
|
Berusaha Sendiri
|
39,22
|
38,10
|
36,22
|
25,69
|
14,21
|
10,74
|
1,55
|
3,38
|
1,90
|
2,86
|
25,21
|
Dibantu Buruh Tdk Tetap/Tdk Dibayar
|
5,06
|
5,44
|
3,59
|
2,27
|
1,36
|
1,85
|
0,12
|
0,25
|
0,22
|
-
|
2,71
|
Berusaha Dibantu Buruh Tetap
|
1,39
|
1,50
|
2,59
|
3,45
|
3,23
|
2,59
|
1,66
|
1,63
|
1,31
|
1,43
|
2,48
|
Buruh/Karyawan
|
14,14
|
16,51
|
24,79
|
42,33
|
69,97
|
74,81
|
95,84
|
93,86
|
95,11
|
95,71
|
46,15
|
Pekerja Bebas
|
14,28
|
13,22
|
8,69
|
10,61
|
3,11
|
2,59
|
0,59
|
0,25
|
0,51
|
-
|
7,29
|
Pekerja Keluarga/Tdk Dibayar
|
25,92
|
25,24
|
24,11
|
15,65
|
8,13
|
7,41
|
0,24
|
0,63
|
0,95
|
-
|
16,17
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Sumber : Sensus
Penduduk 2010
Terdapat kecenderungan
penurunan jumlah perempuan yang berusaha sendiri, dimana semakin tinggi tingkat
pendidikannya, maka semakin sedikit perempuan yang memilih untuk berusaha
sendiri. Dari angka tersebut terlihat bahwa perempuan dengan tingkat pendidikan
yang rendah memang tidak memiliki banyak pilihan dalam memasuki dunia kerja.
Pilihan paling mudah dalam hal ini adalah berusaha sendiri, atau bekerja
membantu anggota keluarga lainnya.
Bagi perempuan dengan tingkat pendidikan yang tinggi,
sebagian besar diantaranya memilih untuk bekerja sebagai karyawan/pegawai.
Jumlah perempuan dengan pendidikan setingkat SMA keatas yang menjadi
karyawan/pegawai rata-rata mencapai 87,55 persen. Terdapat kecenderungan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seorang perempuan, maka mereka akan memilih
untuk bekerja sebagai pegawai.
Jumlah perempuan berpendidikan tinggi yang berusaha
sendiri maupun berusaha dengan dibantu oleh pekerja tetap (pengusaha) masih
sangat sedikit. Jumlah perempuan dengan pendidikan yang tinggi dan berusaha
sendiri rata-rata hanya sebesar 5,77 persen, sementara yang berusaha dengan
dibantu buruh tetap hanya sebesar 1,98 persen. Hal ini merupakan konsekuensi
bahwa pendidikan yang tinggi bagi perempuan ditujukan untuk melamar pekerjaan
pada pihak lain, dan bukannya untuk mengembangkan wawasan sehingga dapat
membuka lapangan kerja baru.
Selain dipengaruhi oleh faktor pendidikan, status pekerja
perempuan dalam kegiatan usaha juga dipengaruhi oleh status dalam perkawinan.
Pekerja perempuan yang berstatus belum kawin, sebagian besar diantaranya
merupakan buruh/karyawan. Sementara bagi mereka yang berstatus kawin, jumlah
mereka yang bekerja sebagai buruh/pegawai turun menjadi 46,72 persen. Terdapat peningkatan jumlah perempuan bekerja
dengan status kawin yang berusaha sendiri, maupun menjadi pekerja keluarga.
Jumlah Penduduk
Perempuan yang Bekerja Menurut Status Usaha dan Perkawinan di Kabupaten Karimun Tahun 2010 (Persen)
Status Dalam Usaha
|
Status Perkawinan
|
|||
Belum kawin
|
Kawin
|
Cerai hidup
|
Cerai mati
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
Berusaha sendiri
|
3,25
|
21,83
|
25,92
|
42,86
|
Berusaha dibantu buruh tdk tetap/buruh tdk
bayar
|
-
|
3,04
|
-
|
17,82
|
Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
|
1,45
|
1,25
|
-
|
7,14
|
Buruh/karyawan/pegawai
|
80,84
|
46,72
|
48,17
|
12,52
|
Pekerja bebas
|
1,45
|
8,58
|
11,05
|
19,66
|
Pekerja tdk dibayar
|
13,01
|
18,58
|
14,86
|
-
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Bagi mereka yang berstatus cerai hidup, terjadi
peningkatan pada status usaha berusaha sendiri dan pekerja bebas. Sedangkan
bagi mereka yang berstatus cerai mati, sebagian besar diantaranya memilih untuk
berusaha sendiri, pekerja bebas, maupun dibantu oleh buruh tidak tetap. Hal ini
cukup wajar mengingat pekerja perempuan dengan status cerai mati biasanya sulit
untuk mendapatkan pekerjaan dari pihak lain, sehingga terpaksa untuk berusaha
sendiri.
Disamping tingkat pendidikan dan status dalam perkawinan,
keterlibatan perempuan dalam dunia kerja juga sangat dipengaruhi oleh
fleksibilitas jam kerja. Hal ini mengingat tanggung jawab perempuan bukan hanya
di tempat kerja, namun juga terhadap keluarga. Sebagian besar pekerja perempuan
di Kabupaten Karimun pada tahun 2010 memiliki jam kerja antara 35-44 jam per
minggu. Jumlahnya mencapai 33,53 persen dari keseluruhan.
Selanjutnya jumlah perempuan dengan jam kerja 45-59 jam
per minggu juga cukup besar, mencapai 33,05 persen dari keseluruhan. Namun secara
umum, produktivitas pekerja perempuan masih lebih rendah jika dibandingkan
dengan pekerja laki-laki. Pada tahun 2010 jumlah pekerja perempuan dengan jam
kerja kurang dari 35 jam dalam semingu atau setengah pengangguran mencapai 25,38
persen. Angka ini jauh lebih besar jika dibandingkan jumlah pekerja laki-laki dengan
jam kerja yang sama, yang hanya sebesar 14,89 persen.
Terkait dengan tanggung jawab terhadap urusan
rumah tangga, pekerja perempuan yang memiliki status belum kawin biasanya
memiliki jam kerja yang relatif lebih panjang dibandingkan dengan pekerja
perempuan dengan status lainnya. Terdapat 92,67 persen pekerja perempuan di
Kabupaten Karimun dengan status belum kawin memiliki jam kerja diatas 35 jam
dalam seminggu. Sementara pada pekerja perempuan dengan status lainnya angka
tersebut mengalami penurunan hingga rata-rata 35,97 persen.
Rata-rata jumlah jam kerja pada pekerja
perempuan dengan status belum kawin mencapai 46,28 jam dalam seminggu,
sementara pada pekerja perempuan dengan status lainnya rata-rata jam kerja
selam seminggu adalah 38,12 jam. Hal ini cukup wajar, mengingat bagi pekerja
perempuan dengan status kawin, cerai hidup, maupun cerai mati biasanya memiliki
tanggungan anak atau anggota keluarga lain yang perlu mendapatkan perhatian.
Distribusi
Pekerja Perempuan di Kabupaten Karimun Menurut Status Dalam Pekerjaan dan Jam
Kerja Selama Seminggu yang Lalu Tahun 2010 (Persen)
Jam Kerja
|
Status Perkawinan
|
|||
Belum kawin
|
Kawin
|
Cerai hidup
|
Cerai mati
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
< 10
|
1,09
|
3,57
|
-
|
10,68
|
10 – 24
|
2,54
|
17,53
|
24,05
|
25,04
|
25 – 34
|
3,61
|
8,39
|
29,69
|
10,68
|
35 – 44
|
33,68
|
35,58
|
18,48
|
26,80
|
45 – 59
|
49,30
|
26,87
|
27,79
|
19,66
|
60 +
|
9,79
|
8,05
|
-
|
7,14
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Sumber:
BPS Kab. Karimun
Sementara jika ditinjau dari sisi
produktivitas kerja, sebagian besar atau hampir 65,44 persen dari perempuan
yang bekerja kurang dari 10 jam merupakan pekerja bebas dan pekerja
keluarga/tidak dibayar. Sementara untuk pekerja perempuan dengan jumlah jam
kerja mencapai 35-59 jam setiap minggunya sebagian besar berstatus sebagai
buruh atau karyawan. Hal ini dirasakan cukup wajar mengingat jam kerja pada
pekerja bebas maupun pekerja tidak dibayar relatif fleksibel, sedangkan bagi
mereka yang bekerja sebagai karyawan jam kerjanya lebih terikat. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pekerja perempuan dengan status sebagai buruh
memiliki tingkat produktivitas yang paling tinggi, serta kesempatan untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih layak.
Distribusi Pekerja Perempuan di Kabupaten
Karimun Menurut Status Dalam Pekerjaan dan Jam Kerja Selama Seminggu yang Lalu
Tahun 2010 (Persen)
Status dlm Pekerjaan
|
Jam Kerja
|
|||||
< 10
|
10–24
|
25–34
|
35–44
|
45–59
|
60+
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
Berusaha Sendiri
|
10,38
|
21,19
|
29,17
|
20,18
|
9,94
|
26,33
|
Dibantu Buruh Tdk Tetap/Tdk Dibayar
|
13,80
|
2,28
|
7,57
|
1,89
|
1,28
|
5,25
|
Berusaha Dibantu Buruh Tetap
|
-
|
3,03
|
3,81
|
1,26
|
1,28
|
-
|
Buruh/Karyawan
|
10,38
|
25,00
|
30,38
|
61,24
|
74,70
|
39,49
|
Pekerja Bebas
|
44,81
|
15,92
|
-
|
5,68
|
4,16
|
5,25
|
Pekerja Keluarga/Tdk Dibayar
|
20,63
|
32,58
|
29,07
|
9,75
|
8,64
|
23,67
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Sumber:
BPS Kabupaten Karimun
Karakteristik Pencari Kerja Perempuan
Polemik perempuan pengangguran belakangan ini
semakin menjadi-jadi karena perempuan dalam memilih sebuah pekerjaan sering
memikirkan pekerjaan yang tidak mengganggu rutinitasnya sebagai ibu rumah
tangga. Di samping itu, juga ada beberapa pasar tenaga kerja yang tidak
menerima pelamar perempuan, baik yang belum menikah maupun yang sudah menikah
dengan alasan-alasan yang terkadang tidak logis. Padahal kemampuan dan skill
yang dimiliki oleh perempuan tak kalah baiknya dan juga tidak ada perbedaan
dengan laki-laki. Inilah juga yang menjadi faktor utama mengapa banyak
perempuan yang menganggur.
Pada tahun 2010
terdapat 2.340 penduduk usia kerja di Kabupaten Karimun yang tidak bekerja dan
sedang mencari pekerjaan. Secara umum jumlah pencari kerja perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan laki-laki. Terdapat 54,40 persen pencari kerja
perempuan, dibandingkan dengan jumlah pencari kerja laki-laki yang mencapai
45,60 persen. Namun demikian, pada wilayah-wilayah tertentu seperti Kecamatan
Kundur, Kundur Utara, Kundur Barat, jumlah pencari kerja perempuan lebih
dominan dibandingkan dengan laki-laki.
Hal ini cukup menarik
mengingat daerah-daerah tersebut merupakan wilayah dengan basis pertanian yang
kuat, terutama pada sub-sektor perkebunan. Artinya, angkatan kerja perempuan di
wilayah yang berbasis perkebunan memiliki kebutuhan yang lebih besar terhadap
lapangan pekerjaan, dibandingkan dengan mereka yang berada pada wilayah dengan
konsentrasi ekonomi pada sektor lainnya.
Perbandingan Jumlah Pencari Kerja Menurut Wilayah
dan Jenis Kelamin di Kabupaten Karimun Tahun 2010 (Persen)
Wilayah
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
Jumlah Pencari Kerja
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
Moro
|
52,27
|
47,73
|
100
|
44
|
Durai
|
52,94
|
47,06
|
100
|
34
|
Kundur
|
29,50
|
70,50
|
100
|
339
|
Kundur Utara
|
37,91
|
62,09
|
100
|
182
|
Kundur Barat
|
30,77
|
69,23
|
100
|
91
|
Karimun
|
50,64
|
49,36
|
100
|
782
|
Buru
|
64,29
|
35,71
|
100
|
28
|
Meral
|
44,19
|
55,81
|
100
|
568
|
Tebing
|
60,29
|
39,71
|
100
|
272
|
Kab. Karimun
|
45,60
|
54,40
|
100
|
2.340
|
Sumber: Sensus Penduduk 2010
Jika
ditinjau menurut segi umur, lebih separuh dari pencari kerja perempuan di
kabupaten Karimun adalah mereka yang berumur 15-24 tahun. Sementara yang berada
di kelompok kedua terbesar adalah mereka yang berumur 25-34 tahun. Dominasi
penduduk perempuan berusia muda, terutama mereka yang baru saja lulus atau
berhenti bersekolah dirasakan cukup wajar. Karena dalam usia tersebut mereka
tentu berharap untuk memperoleh penghasilan dalam rangka membantu keluarga.
Namun yang menarik
adalah bahwa jumlah perempuan pencari kerja berumur lebih dari 55 tahun yang
cukup tinggi di Kecamatan Kundur Utara. Dengan lebih dari separuh aktivitas perekonomian
yang di topang oleh sektor perkebunan, ternyata masih cukup banyak perempuan
usia senja yang masih
ingin bekerja, namun tidak mampu terserap dalam sektor tersebut. Hal ini tentu
memiliki kaitan yang sangat erat dengan tidak meratanya alokasi kepemilikan
faktor modal seperti tanah, mengingat karakteristik pengelolaan sektor
perkebunan karimun yang sebagian besar merupakan usaha keluarga.
Jumlah
Pencari Kerja Perempuan Menurut Wilayah dan Kelompok Umur
di Kabupaten Karimun Tahun 2010 (Persen)
Wilayah
|
Kelompok Umur
|
|||||
15-24
|
25-34
|
35-44
|
45-54
|
55+
|
Jumlah
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
Moro
|
55,00
|
35,00
|
-
|
10,00
|
-
|
100
|
Durai
|
50,00
|
35,71
|
7,14
|
7,14
|
-
|
100
|
Kundur
|
47,64
|
32,62
|
14,16
|
4,29
|
1,29
|
100
|
Kundur Utara
|
50,00
|
21,70
|
11,32
|
8,49
|
8,49
|
100
|
Kundur Barat
|
40,00
|
28,33
|
18,33
|
11,67
|
1,67
|
100
|
Karimun
|
59,63
|
27,70
|
8,97
|
2,11
|
1,58
|
100
|
Buru
|
55,56
|
33,33
|
-
|
11,11
|
-
|
100
|
Meral
|
42,77
|
35,05
|
13,50
|
5,79
|
2,89
|
100
|
Tebing
|
50,96
|
34,62
|
12,50
|
0,96
|
0,96
|
100
|
Kab. Karimun
|
50,40
|
30,83
|
11,81
|
4,61
|
2,35
|
100
|
Sumber: Sensus Penduduk 2010
Jika
dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar perempuan pencari kerja
adalah mereka yang tamat SD, SMP, dan SMA. Pencari kerja berpendidikan SD
menempati urutan teratas dengan jumlah 31,81 persen, diikuti dengan pencari
kerja berpendidikan SMA sebesar 31,26 persen. Dengan demikian, jumlah pencari
kerja yang terbesar merupakan perempuan yang berpendidikan SMP dan SMA dengan
jumlah 52 persen, sementara yang berpendidikan SD kebawah mencapai 41,79
persen, dan merka yang berpendidikan tinggi hanya sebesar 6,21 persen.
Jumlah Pencari Kerja Perempuan Menurut Wilayah dan
Pendidikan di Kabupaten Karimun Tahun 2010 (Persen)
Wilayah
|
Pendidikan
|
|||||||||
Tdk Sklh
|
TT
SD
|
SD
|
SMP
|
SMA
|
SMK
|
D1/D2
|
D
III
|
S
1
|
Jumlah
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
(8)
|
(9)
|
(10)
|
(11)
|
Moro
|
14,29
|
4,76
|
38,10
|
19,05
|
23,81
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100
|
Durai
|
-
|
12,50
|
43,75
|
25,00
|
12,50
|
6,25
|
-
|
-
|
-
|
100
|
Kundur
|
2,09
|
7,53
|
39,75
|
17,57
|
28,87
|
1,67
|
0,84
|
0,42
|
1,26
|
100
|
Kundur Utara
|
9,73
|
7,96
|
36,28
|
20,35
|
22,12
|
-
|
-
|
1,77
|
1,77
|
100
|
Kundur Barat
|
19,05
|
11,11
|
41,27
|
9,52
|
17,46
|
-
|
-
|
-
|
1,59
|
100
|
Karimun
|
1,81
|
4,15
|
26,17
|
23,83
|
36,01
|
2,59
|
1,04
|
2,07
|
2,33
|
100
|
Buru
|
30,00
|
-
|
40,00
|
-
|
30,00
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100
|
Meral
|
2,52
|
5,68
|
29,34
|
25,55
|
30,28
|
1,58
|
1,58
|
1,58
|
1,89
|
100
|
Tebing
|
0,93
|
5,56
|
27,78
|
11,11
|
44,44
|
2,78
|
1,85
|
2,78
|
2,78
|
100
|
Kab. Karimun
|
3,93
|
6,05
|
31,81
|
20,74
|
31,26
|
1,81
|
1,02
|
1,49
|
1,89
|
100
|
Sumber: Sensus Penduduk 2010
Pencari kerja
berpendidikan tinggi hanya terdapat di wilayah Pulau Karimun dan Kundur.
Sementara jumlah pencari kerja dengan tingkat pendidikan setingkat SD kebawah
yang terbesar berasal dari Kecamatan Kundur Barat, dan Buru. Jumlah pencari
kerja dengan pendidikan SD kebawah di kedua kecamatan tersebut mencapai lebih dari 70 persen.
Artinya, terdapat ketidakpuasan terhadap kondisi potensi
ekonomi yang terdapat di kedua wilayah tersebut, mengingat perempuan dengan
pendidikan rendah biasanya lebih memilih untuk bekerja pada sektor pertanian
yang merupakan andalan. Hal ini tentu
saja akan sangat sulit untuk diatasi mengingat potensi ekonomi yang tersedia
didominasi oleh sub sektor perkebunan dan perikanan.
Lokasi:
Karimun, Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)